Peran Artificial Intelligence (AI) dalam pengembangan sumber daya manusia kian nyata setelah pandemi.
Studi terbaru Oracle yang berjudul AI@Work menemukan bahwa orang ingin memanfaatkan AI dan robot untuk mendukung pengembangan karirnya.
Lebih dari satu tahun berada dalam situasi lockdown dan tidak menentu akibat pandemi, para pekerja di Asia Pasifik mengalami kekacauan emosi. Mereka merasa tidak dapat mengontrol diri dan karirnya lagi, menurut hasil studi terbaru Oracle dan firma HR research dan advisory, Workplace Intelligence.
Pandemi berdampak pada 80 persen pekerja di Asia Pasifik. Ada yang terdampak secara keuangan (31%), mengalami penurunan kesehatan mental (29%), tidak memiliki motivasi karier (25%), semakin kesepian (25%), dan merasa tidak terkoneksi dengan kehidupan pribadinya (22%).
Sementara jumlah pekerja yang merasa tidak mampu mengontrol kehidupan pribadi maupun kehidupan profesionalnya meningkat 50 persen dibanding saat awal pandemi. Mereka mengaku kehilangan kontrol terhadap kehidupan pribadinya (47%), terhadap masa depan (46%), dan terhadap keuangan (45%). Bahkan 77 persen dari responden merasa “mentok” dalam kehidupan pribadinya.
Namun berita baiknya, 78 persen pekerja merasa perusahaan menjadi lebih perhatian karena bersikap lebih melindungi kesehatan mental karyawan daripada sebelum pandemi.
Meski dirundung berbagai masalah, para pekerja di Asia Pasifik ternyata ingin mengubah kehidupan profesionalnya. Ada tiga hal yang menjadi prioritas mereka: work-life balance (43%), kesehatan mental (38%), dan fleksibilitas tempat kerja (34%).
Menyambut tahun 2022, pengembangan kemampuan profesional menjadi top of mind para responden. Bahkan, demi peluang karir yang lebih banyak, mereka tak segan kehilangan benefit utama dalam pekerjaan, seperti aturan kerja fleksibel (60%); waktu liburan (55%); dan bahkan bonus-bonus berupa uang (52%) atau sebagian dari gaji mereka (48%).
Di tengah dinamika tempat kerja yang terus berubah, perusahaan harus memberikan lebih banyak perhatian terhadap kebutuhan karyawan dan memanfaatkan teknologi untuk mendukung karyawan dengan lebih baik.
Karena menurut studi Oracle, 89 persen responden berharap teknologi dapat membantu merekomendasikan cara-cara mempelajari skill baru (40%); mengidentifikasi skill yang perlu dikembangkan (39%); dan menyediakan langkah selanjutnya untuk mencapai tujuan karier (37%).
Ditambah lagi, 88 persen responden percaya robot akan mendukung karier mereka daripada manusia, karena robot dapat memberikan rekomendasi yang tidak bias (41%), dapat mengarahkan pada sumber daya yang sesuai dengan skill atau gol yang dimiliki saat ini (38%), atau menjawab pertanyaan tentang karier dengan cepat (37%).
Namun orang percaya manusia masih memiliki peran kritis dalam pengembangan karir dan manusia lebih baik dalam memberikan saran berdasarkan pengalaman pribadi (45%); mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan (43%); dan menelaah resume dengan lebih mendalam sehingga dapat merekomendasikan pekerjaan yang sesuai kepribadian (39%). Sebanyak 61 persen karyawan cenderung bertahan di perusahaan yang memanfaatkan teknologi canggih, seperti AI, untuk mendukung perkembangan karirnya.
Managing Partner, Workplace Intelligence, Dan Schawbel mengatakan bahwa meski banyak tantangan harus dihadapi para pekerja maupun pemberi kerja di tengah pandemi, inilah saatnya mengubah tempat kerja menjadi lebih baik.
“Hasil (studi ini) secara jelas memperlihatkan, investasi bagi pengembangan skill dan karier adalah pembeda penting bagi para pemberi kerja karena hal itu berperan signifikan dalam perasaan para pekerja bahwa mereka memiliki kontrol terhadap kehidupan pribadi dan profesional. Bisnis yang berinvestasi pada karyawan dan membantu karyawan menemukan peluang akan meraih manfaat yaitu pekerja yang produktif dan terlibat," imbuh Dan.
Menurut Shaakun Khanna, Head of HCM Cloud Applications Strategy, Asia Pacific, Oracle, dengan perubahan prioritas, organisasi harus berupaya lebih untuk menarik dan mempertahankan talenta.
"Organisasi harus melipatgandakan upaya mereka dalam membantu karyawan mengidentifikasi dan mengembangkan skill baru, dan memberikan perjalanan karier yang terpersonalisasi sehingga karyawan memiliki kontrol lagi terhadap kariernya," ujar Shakuun.
"Tingkat kecemasan dan stres meningkat saat orang menemui dan harus beradaptasi dengan perubahan yang belum diketahui. Kerja jarak jauh dan interaksi fisik yang terbatas semakin membatasi pemahaman dan informasi sehingga semakin mengurangi interaksi, kolaborasi, dan kepercayaan," ujar Peter Leow, Director, Human Resources, The Salvation Army International.
Menurut Peter Leow, robot dan AI dapat membantu menjembatani beberapa celah ini untuk menghubungkan dan memperkuat minat dan hubungan, meningkatkan budaya kerja melalui berbagi informasi secara efektif.
"(Robot dan AI) ini memungkinkan pemberdayaan, eksplorasi, dan eksperimen dalam lingkungan yang aman dan terkendali dengan transparansi dan konsistensi untuk meningkatkan kreativitas, efisiensi, dan efektivitas," pungkas Peter Leow.
Studi Oracle AI@Work melibatkan lebih dari 14.600 karyawan, manajer, pemimpin HR, dan eksekutif C-level di 13 negara. Asia Pasifik diwakili oleh 6.000 responden dari Australia, China, India, Jepang, Korea, dan Singapura..
Sumber: https://infokomputer.grid.id/read/122973546/oracle-pekerja-di-apac-percaya-ai-robot-dukung-pengembangan-karier
0 Komentar