Hasil riset Oracle dan Pamela Rucker menemukan fakta, teknologi dapat membantu organisasi atau perusahaan tetap eksis dan berkelanjutan. (Foto: Istimewa) |
Riset Oracle dan Pamela Rucker yang menyurvei lebih dari 11.000 konsumen dan pemimpin bisnis di 15 negara, menemukan fakta mayoritas orang merasa kecewa dengan kurangnya kemajuan menuju keberlanjutan dan inisiatif sosial. Namun, sebanyak 66% responden percaya teknologi dapat membantu organisasi atau perusahaan tetap eksis dan berkelanjutan.
Hasil survei juga menemukan, 95% persen orang percaya faktor keberlanjutan dan sosial lebih penting dari sebelumnya dan 81% mengatakan peristiwa selama dua tahun terakhir telah menyebabkan mereka mengubah tindakan mereka.
Sementara, 75% orang merasa frustrasi dan tidak puas dengan kurangnya kemajuan bisnis dalam mendorong insiatif berkelanjutan dan sosial hingga saat ini.
Sebanyak 89% percaya bisnis akan membuat lebih banyak kemajuan menuju keberlanjutan dan tujuan sosial dengan bantuan Artificial Intelligence (AI), dan 66% percaya, teknologi robot akan berhasil melakukannya ketika manusia gagal.
CIO Advisor and Instructor for Harvard Professional Development, Pamela Rucker, mengatakan, peristiwa dua tahun terakhir telah menyoroti tindakan keberlanjutan dan inisiatif sosial dan orang-orang menuntut perubahan yang nyata.
"Meskipun ada tantangan untuk mengatasi masalah ini, perusahaan memiliki peluang besar untuk mengubah dunia menjadi lebih baik,” kata Pamela Rucker, dalam keterangan pers, Kamis (21/4/2022).
Menurut Pamela, hasilnya menunjukkan bahwa orang lebih cenderung melakukan bisnis dengan dan bekerja untuk organisasi yang bertindak secara bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
“Ini adalah momen yang tepat. Sementara pemikiran telah berevolusi, teknologi juga berkembang, dan itu dapat memainkan peran kunci dalam mengatasi banyak kendala yang menghambat kemajuan,” imbuhnya.
Senior Vice President and CMO Global Marketing SaaS Oracle, Juergen Lindner, menambahkan, sangat penting bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam inisiatif keberlanjutan dan lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST).
Pasalnya, lanjut dia orang tidak hanya ingin mendengarnya akan tetapi mereka mencari tindakan nyata dan menuntut lebih banyak transparansi dan hasil nyata.
"Para pemimpin bisnis memahami pentingnya, namun sering kali memiliki asumsi yang salah bahwa mereka perlu memprioritaskan keuntungan atau keberlanjutan. Adapun yang benar adalah ini bukan permainan,” tandasnya.
Menurut Juergen, teknologi yang dapat menghilangkan semua hambatan terhadap upaya LST kini telah tersedia. Organisasi yang menerapkan hali ini tidak hanya dapat mendukung komunitas dan lingkungan mereka, tetapi juga menyadari perolehan pendapatan yang signifikan, penghematan biaya, dan manfaat lain yang berdampak pada laba.
Asia Pacific Sustainability and Climate Lead Deloitte, Will Symons, mengatakan, mengingat pangsa Asia Pasifik yang besar dari populasi global dan emisi, kerentanan iklim, dan kekuatan teknologi dan keuangan, perjuangan global melawan perubahan iklim akan dapat dimenangkan atau dikalahkan di Asia Pasifik.
"Itu sebabnya, sangat penting bagi kita untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan organisasi mempunyai kemamupuan untuk merubah dan memimpin inisatif ini menjadi kenyataan,” tukasnya.
Menurut Will Symons, sangat menyenangkan melihat organisasi seperti Oracle membantu bisnis untuk meningkatkan dan memprioritaskan inisiatif keberlanjutan. Hasil studi juga menunjukkan orang ingin perusahaan memprioritaskan kemajuan pada keberlanjutan dan bersedia memberi penghargaan kepada mereka yang memimpin.
“Untuk melakukan ini, organisasi harus memikirkan kembali bagaimana mereka menggunakan teknologi untuk beralih dari ambisi ke tindakan berdasarkan komitmen keberlanjutan dan disaat bersamaan memastikan transparansi dan akuntabilitas kepada semua pemangku kepentingan,” pungkasnya.
Sumber: https://www.beritasatu.com/digital/918977/survei-oracle-kemampuan-teknologi-topang-keberlanjutan-perusahaan
0 Komentar