Belajar Daring Saat Pandemi Covid-19: Zona Nyaman atau Malah Menambah Kerumitan


 Awal tahun 2020 merupakan tahun bersejarah. Mengapa demikian? Karena kehadiran wabah Corona Virus Diseas 2019 (COVID-19) telah memberi perubahan pada hampir semua bidang kehidupan seperti bidang ekonomi, sosial budaya, tak terkecuali pendidikan.

Diterbitkannya Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2020 TENTANG PENCEGAHAN PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEAS (COVID-19) DI PERGURUAN TINGGI, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN merupakan acuan dilaksakannya pembelajaran jarak jauh dan penyaranan untuk melakukannya dari rumah masing-masing.

Pembelajaran jarak jauh dilakukan dengan sistem dalam jaringan (daring) atau yang kerap kali juga disebut dengan pembelajaran online. Dunia mengalami perkembangan dan berevolusi dari masa ke masa dan saat ini dunia berada pada era 4.0. Revolusi industri 4.0 adalah suatu masa yang dicirikan dengan perpaduan teknologi yang mengaburkan batas antara fisik, digital, dan biologis.

Selain itu dapat diperhatikan dengan hadirnya beragam kemajuan dibidang teknologi seperti robotika, kecerdasan buatan, blockchain, Internet of Things (Iot), dan masih banyak lagi.

Teknologi menciptakan a world without limits, dan kenyataan ini membantu banyak orang tak terkecuali civitas akademika untuk tetap beraktivitas dan menimalisir resiko penularan COVID-19 yang notabene statusnya sudah meningkat dari Public Health Emergency of International Concern menjadi Pandemi.

Saat ini berbagai macam platform dapat digunakan untuk mengganti pelajaran tatap muka (PTM) secara langsung di kelas, seperti Zoom Meeting, Google Meet, Jitsi Meet, ataupun aplikasi WhatsApp.

Belajar dari rumah merupakan solusi tepat saat pandemi. Namun perlu diketahui bahwa belajar dari rumah juga memiliki kelemahan yang disadari baik oleh mahasiswa maupun dosen, terlebih jika diterapkan dalam jangka waktu yang lama. Kelemahan tersebut antara lain:

1. Dosen Tidak Leluasa Dalam Melakukan Pengajaran

Kemudahan pembelajaran online tetap belum dapat menyaingi keleluasaan dosen dalam mengajar, khusunya mata kuliah yang berkaitan dengan hitung- hitungan seperti statistika, hukum kewarisan dan masih banyak lagi.

Pada mata kuliah yang memiliki keterkaitan dengan menghitung dosen merasa tidak leluasa dalam menyampaikan materi karena lazimnya materi tersebut diterangkan langsung menggunakan white board. Dengan menjelaskan secara langsung menggunakan white board, dosen dapat leluasa dalam menjelaskan materi dan merasa lebih nyaman.

Pada sistem daring dosen dituntut untuk lebih membangun komunikasi yang efektif dengan mahasiswa, karena saat pembelajaran offline saja dibutuhkan pemahaman ekstra. Mahasiswa dituntut belajar mandiri dan harus dapat memahami materi yang disampaikan dosen secara sendiri, mengingat saat pembelajaran daring tidak semua dosen membangun komunikasi virtual langsung dengan mahasiswa karena ada beberapa dosen yang hanya memberi materi saja.

Dalam KBBI efektif dapat berarti memiliki efek, pengaruh, dapat membawa hasil, dan berhasil guna. Aspek komunikasi yang perlu diperhatikan oleh dosen meliputi kemampuan dosesn dalam menyampaikan materi, gaya, metode, situasi belajar, gangguan lingkungan, dll.

2. Kurang Adanya Diskusi Antar Mahasiswa

Sejak dikeluarkannya surat edaran oleh pejabat berwenang untuk melaksanakan kegiatan perkuliahan dari jarak jauh, bahkan pesan singkat presiden yang menyebutkan “Sudah saatnya kita bekerja, beribadah, dan belajar di rumah” juga telah menegaskan hal tersebut, membuat interaksi antar mahasiswa berkurang, terlebih angkatan 2020 dan selanjutnya yang kerap dijuluki angkatan corona atau generasi corona.

Label angkatan corona atau generasi corona disebabkan karena mereka jarang bertemu teman di kelas atau bahkan belum pernah bertemu sama sekali. Diskusi merupakan hal krusial, pasalnya diskusi ibarat nasi yang merupakan makanan pokok mahasiswa.

Dari diskusi, akan terbangun pemikiran-pemikiran kritis, muncul rasa lebih ingin tahu mengenai suatu materi yang dijadikan topik berdiskusi, dan dapat membantu memperluas wawasan.

Dikatan bahwa mahasiswa tanpa membaca, diskusi, dan menulis, selayaknya perang tanpa membawa senjata, karena dari ketiga tradisi tersebut mahasiswa mendapatkan banyak pengetahuan.

3. Mahasiswa Tidak Mendengarkan Penjelasan Dosen Dengan Baik


Penyebab Mahasiswa tidak mendengarkan penjelasan dosen dengan baik dapat dibagi menjadi dua faktor. Faktor pertama adalah faktor subjektif. Faktor subjektif berarti berasal dari mahasiswa sendiri. Misalnya saja bermain hand phone saat dosen sedang menerangkan, entah berbalas chat dengan teman atau asyik bermain game.

Hal ini tak dapat ditampik karena tidak ada pengawasan langsung dari dosen, sehingga membuat sebagian mahasiswa merasa bebas melakukannya karena kecil potensi tepergok oleh dosen.

Bahkan di beberapa peristiwa juga terjadi mahasiswa yang ketahuan tidur sejak awal kuliah hingga kuliah usai, hal ini mudah dilakukan karena mahasiswa hanya perlu tidak mengaktifkan kamera (offcam) maka dirinya tidak ketahuan jika sedang tertidur pulas.

Faktor kedua adalah meliputi faktor objektif. Faktor objektif merujuk pada media yang digunakan dalam pembelajaran daring. Seringkali karena terbatasnya sinyal atau gangguan sinyal mahasiswa terkendala mendengar penjelasan dosen yang biasanya jika hal itu terjadi, suara dosen terdengar putus-putus.

Keterbatasan sinyal bukan hanya berasal dari lokasi mahasiswa saja, tidak jarang sinyal buruk juga berasal dari lokasi dosen. Miss communication karena ganggguan sinyal atau kausa yang lain akan menimbulkan kekhawatiran pada diri mahasiswa akan dinilai negatif oleh dosennya,
atau jika dipandang dari segi dosen kesan negatif dapat muncul karena mahasiswa tidak mengikuti perkuliahan daring dengan baik, seperti tidak menyalakan kamera, tidak mengeluarkan suara saat diajukan pertanyaan, dan hal lainnya, padahal keadaan tersebut dapat terjadi bukan semata-mata karena keinginan mahasiswa tetapi karena problem lain baik dari media yang digunakan untuk pembelajaran, maupun hal penunjang agar media tersebut dapat berjalan dengan baik contohnya sinyal.

4. Corona Menjadi Comfort Zone Mahasiswa Ketika Ujian

Pembelajaran dilaksanakan secara online, ujian pun demikian. Ketika ujian dilaksanakan secara online mahasiswa tidak hanya melakukannya dari rumah saja, ada yang mengerjakan di kampus, di kost teman, atau dalam ruang organisasi. Tujuannya bisa berbeda-beda ada yang melakukannya demi mendapatkan sinyal yang stabil sehingga dapat meperlancar proses ujian, ada juga yang melakukannya agar dapat berdiskusi dengan teman.

Lalu Mengapa corona dikatakan comfort zone mahasiswa saat pelaksanaan ujian?. Selayang pandang ujian pada masa pandemi hanya seperti formalitas meskipun tentunya bukan demikian. Namun, tidak adanya pengawasan ketika ujian, membuat kebanyakan mahasiswa bebas melihat situs internet dalam mencari jawaban dan bahkan seperti yang dipaparkan sebelumnya, dapat bebas berdiskusi dengan teman.

Kenyataan ini jika dilakukan terus menerus akan membuat mahasiswa malas belajar dan menyepelekan ujian karena ketika soal diberikan, mereka dapat dengan mudah mencari jawaban di internet, atau lazimnya memanfaatkan aplikasi google. Christine Masada H.T dan Sabrina Dachmiati (2016) mengungkapkan bahwa perilaku menyontek terjadi karena adanya kesempatan dan alat teknologi sebagai alat bantu untuk memudahkan terjadinya hal menyontek.

Pandemi bukanlah penghalang dalam mengenyam pendidikan. Wabah merupakan suatu musibah yang harus dihadapi bersama dan tidak menyalahkan keadaan yang telah ditakdirkan Tuhan. Pemerintah meminta agar aktifitas dilaksanakan dari rumah agar mengurangi penyebaran COVID-19.

Pihak kampus menindaklanjuti hal tersebut, sehingga diterapkan sistem daring. Meskipun sistem daring memiliki banyak kelemahan yang tidak baik jika dilaksanakan dalam waktu lama, tetapi keadaan saat ini yang terpenting adalah keselamatan setiap orang agar tidak terjangkit COVID-19.

Dosen dituntut untuk menciptakan komunikasi dua arah yang efektif dengan mahasiswa. Diharapkan dosen tidak hanya memberi materi saja tanpa penjelasan. Mahasiswa pun demikian dituntut untuk belajar mandiri, berusaha ekstra untuk memahami materi yang diberikan dosen.

Agar dapat lebih memahami materi yang diberikan dosen, maka mahasiswa harus lebih sering membaca, menulis, atau dapat mengadakan diskusi secara online dengan teman. Tidak mudah melakukannya, tetapi yakinlah kita semua dapat melewati pandemi, dan yakin bahwa pandemi bukan penghalang pendidikan.

sumber : https://www.fajarpendidikan.co.id/belajar-daring-saat-pandemi-covid-19-zona-nyaman-atau-malah-menambah-kerumitan/

Posting Komentar

0 Komentar