G20 dan Momentum Lompatan Sektor Pertanian Indonesia


 Pandemi Covid-19 merontokkan hampir seluruh sektor kehidupan negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Namun,dalam perjalanannya, sektor pertanian Indonesia menjadi salah satu juru selamat bahkan menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi nasional.

Melansir Kata Data (13/1/2021) yang mengungkap data nilai ekspor pertanian yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencapai US$ 3,83 miliar periode Januari-November 2021. Nilai tersebut meningkat 4,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 3,68 miliar.

Nilai tersebut menyumbang 1,97% dari total ekspor nonmigas Indonesia. Pada periode yang sama, total ekspor nonmigas Indonesia tercatat sebesar US$ 197,98 miliar.
Beberapa komoditas ekspor Indonesia yang berasal dari sektor pertanian, di antaranya kopi, teh, dan rempah-rempah. Komoditas tersebut menyumbang nilai ekspor tertinggi sepanjang Januari-November 2021, yakni mencapai US$ 1,33 miliar atau 0,7% dari total.
G20, Momentum Kolaborasi

Sebagai tuan rumah presidensi G20 tahun 2022, Indonesia setidaknya menjadi pusat perhatian anggota pertemuan. Momentum tersebut bisa dioptimalkan untuk meningkatkan nilai ekspor pertanian. Oleh karena itu, perlu kolaborasi antar anggota negara G-20, melalui perumusan bersama strategi berbasis digitalisasi.

Strategi dapat diawali dengan Live agriculture virtual literacy, berupa webinar sebagai salah satu usaha banch marking dari seluruh anggota G-20 yang memiliki komoditas pertanian unggulan. Para petani milenial sukses dapat hadir sebagai narasumber. Mereka dapat berbagi pengalaman bagaimana mereka menerapkan teknologi pertanian (pemilihan benih, pengolahan lahan, pestisida, panen dan pasca panen).

Selanjutnya, para petani milenial tersebut bisa menularkan ke khalayak, bagaimana strategi pemasaran yang efektif. Kegiatan ini dapat menghadirkan stake holder yang ahli dan mumpuni termasuk para Menteri dan Atase Pertanian yang dikemas dalam bentuk virtual literacy Live Agriculture Market.

Pada tahap ini, para petani milenial, pihak-pihak yang berkepentingan yang memiliki komoditas unggulan termasuk negara yang membutuhkan komoditas pertanian tertentu dipertemukan.

Perkembangan teknologi yang bergerak secara eksponensial mulai merambah dan diaplikasikan di sektor pertanian. Artificial intelligence (AI) banyak ditemukan pada tahap budidaya untuk melakukan monitoring pemupukan, mengontrol kelembapan dan debit air. Pada ranah pasca-panen, sejumlah aplikasi pun bermunculan. Aplikasi berbasis android atau web yang dapat mempertemukan petani, konsumen, eksportir maupun importir.

Aplikasi-aplikasi tersebut menyajikan data komoditas unggulan berkualitas ekspor, sehingga para pelaku usaha yang berminat dapat bertransaksi lebih lanjut. Tentunya aplikasi tersebut harus terhubung dengan kebijakan negara setempat. Misalnya, aplikasi persyaratan per karantina negara asal untuk melihat persyaratan kelayakan ekspor dapat terhubung dengan aplikasi tertentu dari negara yang membutuhkan produk pertanian.

Kemampuan Literasi baik online maupun offline kepada para petani pun harus ditingkatkan. Narasumber bisa berasal dari Kementerian teknis terkait serta petugas karantina yang memahami bagaimana prosedur ekspor. Kegiatan ini dapat bersinergi dengan stakeholder dari negara tujuan, karena banyak petani yang memiliki komoditas terbaik yang disukai negara G-20, namun mereka tidak memahami bagaimana proses ekspor.

Diharapkan, dari tawaran strategi yang penulis kemukakan, dapat meningkatkan geliat perekonomian Indonesia melalui sektor pertanian, sehingga kesejahteraan para petani meningkat dan negara-negara anggota G-20 bisa merasakan produk pertanian unggulan Indonesia yang berkualitas. Akhirnya, terjadi hubungan simbiosis mutualisme yang dapat mensejahterakan seluruh negara anggota G-20.

sumber : https://kumparan.com/user-22042022031154/g20-dan-momentum-lompatan-sektor-pertanian-indonesia-1xxjKpq0nPT/full

Posting Komentar

0 Komentar