Pentingkah Artificial Intelligence dalam Kehidupan Manusia?

 Dewasa ini teknologi semakin berkembang pesat. Industrialisasi mulai dicanangkan oleh hampir seluruh negara di belahan dunia. Seiring dengan pesatnya perkembangan industri ini, para pengembang teknologi pun mulai memikirkan bagaimana caranya agar perkembangan industri ini bisa dibarengi dengan teknologi yang sangat canggih di dalamnya. 

Oleh karena itu, para pengembang teknologi pun mulai mengembangkan AI (Artificial intelligence) atau yang dalam Bahasa Indonesia artinya Kecerdasan Buatan demi mendukung kemajuan industri.

Artificial Intelligence (AI) atau yang kita kenal dengan kecerdasan buatan adalah suatu  usaha mensimulasikan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia berupa permodelan yang  dimasukkan ke dalam komputer. 

Teknologi AI bisa membuat suatu komputer atau suatu  mesin dapat berpikir sendiri, kemudian membuat keputusan sendiri yang didasarkan pada  algoritma yang telah diprogram sebelumnya oleh manusia. Tak ayal jika teknologi AI ini  makin berkembang karena bisa membuat suatu komputer atau mesin jadi memiliki  kemampuan untuk berpikir.  

Dalam sejarahnya, penemuan AI ini dimulai sekitar tahun 1940-an, yang dimana ketika itu komputer generasi pertama sudah muncul. Pada awalnya, AI merupakan rasa penasaran seorang ilmuwan bernama Alan Turing yang menciptakan mesin Turing. 

Namun seiring berjalannya waktu, kini AI sudah berkembang ke hampir seluruh automasi perangkat, baik itu perangkat lunak maupun perangkat keras. AI kini memiliki beberapa cabang ilmu, antara lain Natural Language Processing (NLP), computer vision, robotika, sistem navigasi, game playing, dan sistem pakar. 

Perlu diketahui bahwa pengguna internet di Indonesia tercatat sudah mencapai 196,7 juta pengguna atau sekitar 70% dari total populasi di Indonesia, cukup fantastis bukan? Penggunaan internet juga merupakan salah satu penerapan teknologi AI, dengan begitu secara tidak langsung mayoritas masyarakat Indonesia telah menggunakan teknologi AI. Namun apakah cukup jumlah pengguna internet sebagai parameter tingkat kemajuan teknologi pada suatu negara? 

Faktanya indeks pembangunan TIK di dalam negeri masih berada di angka 5,32 dari nilai maksimal 10, artinya hal tersebut masih jauh dari kata maju. Selain itu, kebanyakan industri-industri di Indonesia masih mengimpor mesin serta produk dari luar negeri yang berkaitan dengan teknologi dikarenakan produk dalam negeri memiliki daya saing rendah dengan produk dari luar negeri. Hal ini mengindikasikan bahwasanya penerapan AI di kalangan masyarakat sudah berjalan namun tidak dengan upaya pengembangan dari teknologi AI itu sendiri. 

Implementasi dari penerapan AI bisa dilakukan ke berbagai bidang, contohnya di bidang mekatronika. Mekatronika adalah sebuah cabang ilmu yang menggabungkan antara teknologi mesin, elektronika, beserta informatika. Dengan penggabungan disiplin ilmu tersebut, maka penerapan teknologi AI dalam mekatronika sangatlah sinkron. 

Dalam penerapannya mekatronika bisa diimplementasikan terhadap sistem kendali, yang dimana sistem kendali ini dapat berjalan secara otomatis dengan menerapkan teknologi AI di dalamnya sehingga dapat meminimalisir keterlibatan manusia dalam pengoperasian suatu sistem yang diharapkan mampu mempermudah manusia dalam menjalankan berbagai pekerjaan sehari-harinya. 

Selain itu, penerapan mekatronika yang dipadukan dengan teknologi AI bisa diimplementasikan dalam pembuatan robot. Contoh dari robot yang sudah diberi teknologi AI yang sudah sangat  terkenal yaitu Robot Sophia.

Pengimplementasian teknologi AI sudah sangat marak terjadi seiring dengan berkembangnya zaman, baik itu didalam negeri maupun diluar negeri. Penerapan AI di dalam negeri sudah mulai terlihat dari mayoritas masyarakat Indonesia yang telah menggunakan internet. 

Namun pengembangan AI itu sendiri masih kurang apabila dilihat dari IP-TIK yang diperoleh Indonesia, bersamaan dengan hal tersebut produk-produk lokal yang berkaitan dengan teknologi memiliki daya saing yang lebih buruk jika dibandingkan dengan produk-produk luar negeri yang sudah jauh lebih maju. Banyak yang bisa kita lakukan untuk mengimplementasikan teknologi AI untuk kehidupan sehari-hari.

Banyak perusahaan yang mulai menerapkan teknologi AI untuk dimasukkan ke dalam  produk-produk buatannya. Perusahaan Tesla contohnya, perusahaan besutan Elon Musk  tersebut kini mulai memasukkan teknologi AI kedalam produk mobil listriknya, sehingga  mobil listrik buatan Tesla ini bisa bergerak secara otomatis (autopilot). 

Penambahan fitur  ini sangat berguna bagi para pengendara yang sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu  untuk istirahat, sehingga bisa meminimalisir terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh  pengendara yang kantuk.

Selain Tesla, Google pun banyak menerapkan teknologi AI  kedalam fitur-fitur yang ditawarkannya. Salah satu yang paling familiar penerapan  teknologi AI di Google yakni Google Assistant.

Fitur ini dikembangkan oleh perusahaan Google untuk memudahkan pengguna untuk mengunjungi suatu  website, membuka aplikasi, menentukan alarm, memanggil seseorang, dan lain-lain  dengan hanya mengucapkan suara. Tentu saja Google Assistant sangat berguna untuk  multitasking yang bisa mempermudah penggunanya. 

Lantas apakah artificial intelligence  memiliki dampak negatif terhadap kehidupan manusia? Penggantian pekerjaan manusia oleh mesin pintar tentu saja membuat angka pengangguran struktural  menjadi lebih meningkat. 

Revolusi industri yang terjadi secara besar-besaran membuat  peran manusia menjadi tersisihkan oleh berkembangnya kecanggihan mesin-mesin.  Akibat naiknya tingkat pengangguran, ketimpangan ekonomi di kalangan masyarakat pun  makin menjadi-jadi, sehingga bisa berakibat pada terganggunya stabilitas suatu negara.  Ironis bukan?

Lalu Apa sih yang harus kita siapkan untuk menghadapi kenyataan ini? Menurut presiden  Universitas Northeastern Joseph Aoun, penulis buku Robot-Proof: Higher Education in  the Age of Artificial Intelligence, menjelaskan bahwa perlu dilakukan perubahan jika  ingin beradaptasi dengan zaman baru ini. Solusinya disebut dengan istilah humanics.  Humanics terdiri dari tiga hal, yaitu: 

1. Kemampuan teknis 

Memahami cara kerja mesin dan mempelajari bagaimana cara kita berinteraksi  dengannya. Teknologi AI yang disematkan kepada robot atau mesin membuatnya  semakin pintar, sehingga kita perlu memahami cara kerja dan cara kita berinteraksi  dengannya agar bisa membentuk chemistry antara manusia selaku pemilik ide dan  robot selaku pemroses ide yang telah kita tuangkan. Maka dari itu kita dituntut untuk  bisa menguasai IT agar dapat survive dengan zaman saat ini. 

2. Disiplin data 

Kita dituntut untuk mencermati dan literasi terkait output yang dihasilkan oleh mesin. Sehingga apabila kita bisa memahaminya dengan baik, maka kita pun bisa  menggunakan informasi tersebut dengan baik pula. 

3. Disiplin manusia

Kemampuan manusia untuk terus berinovasi haruslah tetap dijaga dan harus terus  ditingkatkan. Karena tugas dari manusia adalah terus bermimpi dan mewujudkannya  yang dimana kemampuan ini tidak dimiliki oleh mesin manapun. Maka dari itu, agar  kita bisa bertahan di dunia saat ini kita harus senantiasa berinovasi dalam berbagai  hal

Kesimpulan dari pemaparan diatas bisa disimpulkan bahwa dewasa ini penggunaan  teknologi AI sudah sangat marak terjadi dan sudah masuk kedalam berbagai aspek  kehidupan manusia. Banyak hal positif yang ditawarkan dari penerapan teknologi AI,  namun tak sedikit pula hal negatif yang ditimbulkan daripadanya. 

Kita harus bisa mulai  menerima kenyataan bahwa kita hidup di zaman dengan tingkatan teknologi yang lebih  maju dari masa lalu. Banyak hal yang bisa kita lakukan agar bisa beradaptasi dengan  zaman sekarang ini. Intinya kita sebagai pemilik ide harus terus bermimpi dan mewujudkan impian tersebut. 

Salah satu jembatan untuk memenuhi impian tersebut  yaitu dapat dilakukan dengan penggunaan teknologi yang ada saat ini.

sumber : https://www.kompasiana.com/raisyahvidiarahayu7687/6290371253e2c335213e2352/pentingkah-artificial-intelligence-dalam-kehidupan-manusia

Posting Komentar

0 Komentar