Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) menjadi kata kunci penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan pertanian untuk menyediakan pangan bagi 273 jiwa penduduk Indonesia, mensejahterakan petani, dan menggenjot ekspor.Demikian kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mengatakan (Kementan), Dedi Nursyamsi saat soft launching Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh yang mengangkat tema "Pemanfaatan KUR untuk Agribisnis", Selasa (24/5).
"Ternyata yang pertama adalah kita mesti bangun SDM pertanian. Kita bangun kapasitas SDM pertanian kita, para petani kita, penyuluh kita, termasuk petani milenial kita. Karena itulah, kita terus lakukan pelatihan sejuta petani dan penyuluh," kata Dedi.
Menurut Dedi, tujuan pembangunan pertanian dapat diwujudkan bila produktivitas dan kualitas mampu ditingkatkan. Selain itu, menekan ongkos produksi serendah-rendahnya.
Lebih lanjut, ia membagikan dua amunusi senjata untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan menekan ongkos produksi. Pertama adalah Smart Farming alias pertanian cerdas.
"Dulu, Panca Usaha Tani sudah berhasil menggenjot produktivitas padi sawah kita dari angka 2,28-2,29 ton per hektare menjadi 5 ton per hektare. Namun, saat ini Panca Usaha Tani saja tidak cukup karena inovasi teknologi era 4.0 sudah berkembang begitu pesat," kata Dedi.
Dedi menjelaskan, Smart Farming dicirikan dengan pemanfaatan produk-produk biosains dan bioteknologi, seperti pengunaan varietas yang memiliki potensi produktivitas yang tinggi.
"Pertanian itu harus dimulai dari benih dan bibit yang berpotensi hasilnya tinggi. Kalau benih dan bibitnya berkualitas artinya produktivitas pasti ada digengaman kita. Namun, kalau benih dan bibitnya ala kadarnya, maka pasti produktivitasnya juga ala kadarnya," kata Dedi.
"Smart Farming juga dicirikan dengan memanfaatan alat-alat mesin pertanian modern. Dengan alat mesin pertanian proses produksi bisa dipercepat, tingkat kehilangan hasil bisa ditekan, produktivitas bisa kita genjot," sambungnya.
Selanjutnya, Smart Farming dicirkan dengan pemanfaatan Internet of Things. "Lahan sawah kita ada di Bandung bisa kita kelola di Ciawi dengan Internet of Things. Ada traktor roda dua tanpa awak semua bisa bergerak secara otomatis," kata Dedi.
Di samping itu, Dedi mengajak para petani mengubah mindset bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga menjadi tempat untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
"Bayangkan kalau petani kelola pertaniannya rugi melulu pasti pertanian sedikit demi sedikit, pelan tapi pasti akan ditinggalkan petaninya. Kalau petani mendapatkan keuntungan dari pertanian, maka jumlah petani akan semakin banyak," tutur Dedi.
Menurut Dedi, agribisnislah yang akan menentukan keberlanjutan pertanian. "Oleh karena itu amunisi yang kedua adalah KUR. Kenapa KUR? Karena KUR itu adalah bensin, tenaga, dan energi untuk menggerakkan agribisnis kita," ujarnya.
KUR ini adalah alokasi dari pemerintah yang kreditnya hanya 6 persen. Anggaran tersebut didedikasikan untuk petani dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk membangun agribisnis.
"Oleh karena itu, manfaatkan Smart Farming meningkatan produktivitas, meningkatan kualitas, dan menekan ongkos dan manfaatkan KUR untuk menggerkan roda pembagunan pertanian kita, khususnya roda ekonomi di sektor pertnaian," pungkasnya.
sumber : https://www.jurnas.com/artikel/117523/Wujudkan-Pembangunan-Pertanian-Kementan-Tingkatkan-Kapasitas-SDM/
0 Komentar