Menjawab Tantangan Penuhi Kebutuhan Talenta Digital Indonesia

 Proses transformasi ini tak hanya dibutuhkan untuk perkembangan digital, namun juga menuntut adanya kesiapan sumber daya manusia yang mumpuni.

Menjawab Tantangan Penuhi Kebutuhan Talenta Digital Indonesia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah tengah berusaha mewujudkan transformasi digital di seluruh Indonesia. Proses transformasi ini tak hanya dibutuhkan untuk perkembangan digital, namun juga menuntut adanya kesiapan sumber daya manusia yang mumpuni.

Menurut data World Bank, saat ini Indonesia sedang mengalami digital talent gap. Di mana hal ini terjadi karena secara supply dan demand, terdapat gap sekitar 400-500 ribu talenta digital per tahun.
 
Indonesia membutuhkan setidaknya 9 juta digital talent dalam kurun waktu 15 tahun. Maka per tahunnya Indonesa membutuhkan 600 ribu talenta digital. Sedangkan kemampuan perguruan tinggi hanya mampu menyuplai sekitar 100-200 ribu orang dalam setahun. Belum lagi adanya disrupsi akibat pandemi Covid-19.


Webinar Digital Transformation kembali berlanjut di tanggal 18 Agustus 2022. Tepat sehari setelah hari kemerdekaan Indonesia yang ke 77, kita akan menggelar webinar "Strategi Transformasi Digital menggunakan Cloud - Cloud as Digital Transformation Strategy"


Banyak perusahaan dan instansi mulai melirik dan menggunakan cloud untuk mendukung transformasi digital yang mereka lakukan, terutama sepanjang pandemi ini. 

Kita akan ikuti pembahasannya secara detail di 18 Agustus 2022, jam 14-15 WIB. 


Narasumber: Gery Sujaudaja - Zettagrid Product Specialist

Moderator : Fanky Christian - APTIKNAS DKI JAKARTA


Daftarkan diri anda segera ke: https://bit.ly/DTCloud18Ags22

Kami tunggu kehadiran anda, dapatkan e-sertifikat dan doorprize, dan jadilah Digital Transformation Captain untuk perusahaan dan instansi anda.


Maka pemerintah dalam hal ini sangat berperan penting dalam menciptakan akses pengembangan skill IT, khususnya bagi penduduk usia produktif alias generasi milenial dan generasi Z.

Apalagi Indonesia perlu bersiap-siap dengan adanya bonus demografi di tahun 2030 dimana penduduk usia produktif bisa mencapai 64 persen. Maka dalam hal ini perlu dilakukan program pengembangan skill, sehingga anak muda dapat mengoptimalkan keterampilan yang diperkirakan dapat berkontribusi senilai Rp4.434 triliun pada PDB tahun 2030.

Menurut Ahmad Syahid Zakari selaku CEO dan Headmaster dari Kalananti sebagai salah satu media pengembangan keterampilan digital, mengatakan bahwa selain ada gap secara kuantitas, terdapat pula gap secara kualitas dalam hal edukasi.

“Nah kalau kita lihat gapnya antara dunia indutsri dengan dunia pendidikan, selain dari kuantitas itu juga ada gap kualitas. Pada akhirnya banyak talent-talent dengan keahlian baru yang belum kita lihat di dunia edukasi,” jelas Ahmad dalam program Power Breakfast IDX Channel pada Kamis (11/8/2022). “Sebaiknya di sektor edukasi harus mempersiapkannya sedini mungkin.”

Kalananti berupaya menjawab tantangan ini dengan menyajikan edukasi bagi anak-anak di usia ‘golden age’ yakni di usia sekolah dasar. Menurut Ahmad, perjalanan menuju SDM yang berkualitas cukup panjang, sehingga perlu dimulai sejak dini. 

Dalam proses pembelajarannya, Kalananti menerapkan metode yang PBL atau project based learning. Sehingga nantinya anak-anak dapat terdorong untuk berani membuat karya sejak dini. Hal ini pula dapat memupuk kepercayaan diri dan kemampuan problem solving. 

Kalananti ini juga sudah bergabung dalam platform Ruangguru di mana para pengajar tergabung dalam Ruang Pengajar dengan seleksi yang cukup ketat, serta didukung pelatihan yang cukup intensif. Hal ini bertujuan untuk membekali tenaga pendidik dengan keterampilan yang berkualitas.

Dengan upaya-upaya tersebut, Kalananti berfokus pada minat dan bakat anak-anak mengingat input minat dan bakat dalam dunia digital masih belum banyak. Masih sedikit anak-anak yang sudah diarahkan ke dunia digital.

“Mungkin nanti beberapa tahun ke depan kita akan mulai masuk ke jenjang yang lebih tinggi seperti SMA, kuliah, serta pasca kampus” kata Ahmad.

Tantangan yang dihadapi Kalananti, menurut Ahmad adalah mindset dari para pengguna digital yang masih melihat teknologi sebagai hal yang konsumtif.

“Banyak sekali yang menggunakan aplikasi hanya untuk bermain game, sosial media. Sangat sedikit yang kita melihatnya dari sudut pandang produktif,” ungkap Ahmad lagi.

Kalananti telah membimbing 4.000 murid dan 800 di antaranya aktif setiap bulan dalam program-program pembelajarannya.


sumber     : https://www.idxchannel.com/economics/menjawab-tantangan-penuhi-kebutuhan-talenta-digital-indonesia

Posting Komentar

0 Komentar