Refleksi Indonesia 77: Betapa Kita Tidak Bersyukur

 Saya mengingat kembali lagu ini, lagu yang seringkali kita nyanyikan, tapi seringkali juga kita lupa maknanya. Lagu Kidung Jemaat 337 ini kerap kali kita nyanyikan di gereja, dalam berbagai kegiatan ibadah, terutama pada saat persembahan diedarkan.

Mari kita telaah arti lagu ini terkait dengan 77 tahun kemerdekaan yang sudah Tuhan berikan. 



Betapa kita tidak bersyukur, bertanah air kaya dan subur, lautnya luas, gunungnya megah, menghijau padang, bukit dan lembah ...

Memang, seringkali kita tidak bersyukur, kita tidak menyadari bahwa kita bertanah air kaya dan subur. Kita tidak mengelola apa yang sudah Tuhan berikan dalam hidup keseharian kita. Coba cek, betapa lebih sering kita membanggakan negara lain, pada saat kita mengunjunginya, semua sosmed kita berisikan gambar itu. Padahal di Indonesia sendiri, masih banyak sekali potensi keindahan alam yang Tuhan berikan. Sudah kah semua pulau besar anda kunjungi di Indonesia ?  Jangan hanya bangga mondar-mandir ke negara kecil berlogo singa itu, tapi coba cek apakah anda sudah kunjungi pulau-pulau di Indonesia.

Cek lagi, kita tidak sadar potensi kekayaan alam yang sudah Tuhan berikan. Sedikit banyak saya bersyukur, pemerintah sekarang berusaha agar potensi mineral Indonesia dapat diolah sendiri. Potensi minyak bumi yang dulu lepas kontrol, sekarang sudah bisa diatasi pemerintah. Tantangan terbesar kita di masa depan, menjaga semua potensi alam ini untuk keberlangsungan bangsa kita.

Lautnya luas, ya 70% wilayah kita adalah lautan, kita harus menjadi penguasa atas negara kita sendiri. Jangan biarkan laut kita diambil oleh negara lain. Gunung megah, hampir semua pulau terbentuk dari gunung-gunung. Bahkan kita punya gunung di kedalaman laut. Padang menghijau, masih kita temukan di mana-mana. Dekat tempat tinggal saya pun, masih ada padang menghijau, khususnya padi yang banyak ditanam di mana-mana. Bukit dan lembah, ini yang luar biasa. Sahabat saya menjelajah banyak sekali curug hanya di daerah sentul dan sekitarnya. Masih juga kita kurang bersyukur, dan mengeluh?

Alangkah indah pagi merekah bermandi cah'ya surya nan cerah, ditingkah kicau burung tak henti, bunga pun bangkit harum berseri

Bait kedua ini seringkali membuat saya terenyuh. Bersyukur masih mendengar bunyi burung riuh diatas pohon dekat rumah, di atas rumah. Dan itu sebabnya, saya selalu juga memfoto bunga - bunga yang bermekaran di pagi hari, di sekitar kompleks rumah kami. 

Lebih takjub lagi, saya seringkali menemukan bunga-bunga yang baru saya lihat, di berbagai tempat di Indonesia yang saya kunjungi. Inilah betapa indahnya Indonesia, yang Tuhan berikan, yang seringkali tidak kita syukuri. Betapa sederhananya kita harus bersyukur, karena mereka semua pemberian Tuhan untuk Indonesia.

Bumi yang hijau, langitnya terang, berpadu dalam warna cemerlang; indah jelita, damai dan teduh, persada kita jaya dan teguh

Baru saja kawan saya di Asosiasi Pemimpin Digital Indonesia, membagikan link sebuah bukit di Kalimantan Selatan, namanya bukit teletubbies, akh bukan, yang benar namanya Bukit Telang. Mungkin tidak semua tahu, tapi begitu saya melihatnya di internet, wow, luar biasa indahnya. Bumi yang hijau, langit terang, semua berpadu. Akh, andainya masih memiliki banyak waktu untuk pamit dari kesibukan harian dan menikmati bumi Indonesia yang indah. 

Damai dan teduh, ini yang seringkali dalam  beberapa tahun belakangan ini terusik. Politik multi partai kita mempertajam banyak hal. Selain hal positif karena demokrasi makin terbangun, tapi ada juga sisi lain, yang menghalalkan segala cara mencapai tujuan pribadi dan partai. Inilah yang harus kita sikapi dengan baik. Tetap utama untuk menjaga kesatuan bangsa besar ini, agar tidak terpecah belah. Cukup sudah kita melihat kehancuran bangsa lain karena adu domba agama , suku dan ras.

Persada kita jaya dan teguh, ini juga yang saya yakini menjadi tujuan dari tema besar Hari Kemerdekaan RI tahun ini, yang mengambil tema "Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat". Keterpurukan karena pandemi telah kita lalui hampir 2.6 tahun ini, tapi kita tidak menyerah. Kita ingin lebih cepat pulih. Semangat ini yang harus kita pupuk. Kita kembangkan terus. Kita bangsa pejuang. Kita tidak diberikan kemerdekaan, kita meraihnya, dan kita pasti bisa. Untuk cepat bangkit, kita harus punya keyakinan teguh. Dan seringlai inilah yang kita seringkali kurang lakukan, langkah sederhana,  ya bersyukur.

Selamat Hari Merdeka Indonesia, tanah tumpah darahku, mulailah hanya dengan cara mudah, bersyukurlah.

sumber; https://www.kompasiana.com/startmeup/62fc47dba1aeea028d7b1132/betapa-kita-tidak-bersyukur

 

Posting Komentar

0 Komentar