Trend Cyber Security 2023: Ancaman Artificial Intelligence Kian Nyata

 

Trend cyber security 2023 diprediksi tetap akan mengikuti pola di tahun sebelumnya. Namun perkembangan teknologi seperti Artificial Intelligence diprediksi akan berdampak negatif, sekaligus positif, bagi ancaman cyber security ke depan.

Hal tersebut diungkap Jeff Crume (Distinguished Engineer IBM Security) saat memprediksi trend cyber security 2023. Dalam sebuah video yang dirilis IBM Security beberapa waktu lalu, Jeff memaparkan perkembangan positif dan negatif dari cyber security yang telah maupun akan terjadi di masa depan.

Berikut adalah beberapa prediksi yang diungkapkan Jeff Crume dan IBM Security terkait trend cyber security di tahun 2023.

1. Kombinasi “maut” Data Breach dan Ransomware

Kasus data breach menjadi masalah serius di masa lalu, dan akan menjadi masalah serius di tahun depan. Survei IBM Security menemukan, 83% responden mengaku masalah data breach bukan lagi apakah akan terjadi, namun kapan akan terjadi. Risiko data breach semakin besar seiring lajunya transformasi digital, yang berdampak semakin banyaknya data yang terekspos ke pihak luar.

Data breach semakin “menggiurkan” di mata hacker karena menjanjikan secara finansial. Dengan menyandingkan data breach dengan ransomware, hacker akan mendapatkan iming-iming finansial yang besar. Belakangan serangan bahkan mengarah ke extortionware, yaitu mengancam akan menyebarkan data yang bocor ke publik. 

Perusahaan pun tidak banyak pilihan. Ketika regulasi semakin ketat, perusahaan akan memenuhi keinginan hacker dengan membayar uang tebusan. Tidak heran jika rata-rata kerugian akibat ransomware meningkat menjadi US$4,54 juta per serangan.

2. Serangan IoT akan meningkat

Gaya hidup modern membuat perangkat semakin pintar. Dari mobil sampai coffee maker, nyaris semua perangkat di sekitar kita kini berubah menjadi komputer mini alias Internet of Things. Perkembangan teknologi seperti itu memang memudahkan hidup kita, namun di sisi lain juga menciptakan kerentanan. “Karena semua komputer pada dasarnya bisa kena retas,” ungkap Jeff.

Karena itu, Jeff mengingatkan pentingnya semua pihak untuk meningkatkan keamanan dari seluruh perangkat IoT ini. Jika tidak, dampaknya akan masif dan bisa jadi fatal bagi penggunanya.

3. Artificial Intelligence, teknologi bermata dua

Perkembangan Artificial Intelligence (AI) akan menimbulkan dampak negatif dan juga positif. Dampak negatif akan terasa ketika hacker memanfaatkan AI untuk melakukan serangan yang lebih cerdas dan terarah. Hacker dapat menemukan jenis serangan baru atau lubang keamanan baru dengan memanfaatkan AI. 


Akan tetapi, Jeff juga meyakini teknologi AI juga bermanfaat untuk meningkatkan cyber security. “AI dapat dimanfaatkan untuk menganalisis sumber masalah dan memberikan saran untuk menanggulanginya,” ungkap Jeff.

Jadi boleh dibilang, AI akan menjadi alat yang digunakan orang jahat maupun orang baik untuk “berperang” di dunia cyber security. Kini tinggal bagaimana mendukung orang baik untuk dapat memenangkan persaingan tersebut.

4. Menjawab kelangkaan talenta 

Menurut situs Cyberseek.org, ada sekitar 770 ribu lowongan di bidang cyber security yang belum terpenuhi saat ini. Jumlah ini hampir sama dengan talenta cyber security yang jumlahnya sekitar 1 juta orang. Artinya, dunia membutuhkan dua kali lipat talenta cyber security dari yang ada saat ini.

Kebutuhan seperti ini relatif sulit dipenuhi dengan pendekatan biasa. “Butuh tahunan untuk membentuk seorang ahli di bidang cyber security,” ungkap Jeff. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Yang pertama adalah memperbanyak pelatihan, baik untuk mendapatkan talenta cyber security maupun untuk meningkatkan pengetahuan cyber security bagi pengguna.

Pendekatan lain adalah membuat sistem cyber security yang membantu pekerja di bidang cyber security. “Sebagai contoh, kita membutuhkan tools otomatisasi yang dapat menemukan dan menambal lubang keamanan yang ada,” ungkap Jeff. Dengan memanfaatkan AI seperti poin di atas, tugas tim cyber security pun dapat berkurang sehingga mereka dapat fokus ke isu yang lebih krusial.

5. Semakin meningkatkan peran MFA

Tidak semua trend cyber security bernada muram. Salah satu trend bagus di tahun 2022 adalah semakin populernya implementasi Multi Factor Authentication (MFA). “Sistem MFA memang bukan hal baru, namun kami melihat adopsi yang semakin tinggi di berbagai organisasi,” ungkap Jeff. 

Dengan mengkombinasikan otentikasi berdasarkan apa yang pengguna ingat (seperti password atau nomor PIN), apa yang pengguna punya (token fisik), dan siapa pengguna (sidik jari atau wajah), MFA semakin meningkatkan keamanan sistem. 

Ke depan, Jeff memprediksi MFA akan semakin berkembang. Aspek paling lemah dari sistem keamanan, yaitu password, akan dihilangkan. Sebagai gantinya, akan muncul cara-cara baru untuk melakukan otentikasi tanpa menggunakan password. “Dengan begitu, user experience dan juga keamanan sistem akan meningkat,” tambah Jeff.

Sumber : https://infokomputer.grid.id/read/123630901/trend-cyber-security-2023-ancaman-artificial-intelligence-kian-nyata

Posting Komentar

0 Komentar