VIVA – Internet of Things (IoT) membuat manusia semakin tidak produktif dan kreatif. Mengacu pada data dari Kominfo, pasar IoT pada Indonesia di tahun 2022 meningkat dari 254 Triliun menjadi 444 Triliun.
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa IoT sangat diminati dan dibutuhkan oleh masyarakat. Minat yang tinggi tersebut, disebabkan oleh kemudahan yang ditawarkan oleh IoT dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya, kemudahan dalam mengoperasikan suatu rumah pintar yang semakin banyak. Kemudahan tersebut, membuat manusia semakin malas untuk melakukan pekerjaan tersebut secara mandiri atau tanpa IoT.
Konsep IoT dipopulerkan pada 1990 oleh John Ramkey dan temannya, Simon Hackett dengan membuat sebuah toaster roti yang terhubung ke internet melalui sistem jaringan TCP/IP.
Hal tersebut, memungkinkan toaster bisa menyiapkan roti pada saat user memerintahkannya dari ponsel genggam. Kini, digitalisasi hampir bisa dirasakan oleh semua masyarakat di Indonesia, apalagi yang tinggal di kota-kota besar. Tetapi, perkembangan yang masif tersebut membawa dampak buruk, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dampak tersebut adalah sikap malas yang kian hari kian meningkat.
Mengacu pada penelitian oleh Universitas Birmingham yang melibatkan sekitar 6000 responden tentang pola pikir manusia, yaitu manusia cenderung akan melihat atau mengingat sesuatu jika dan hanya jika manusia tersebut membutuhkannya.
Dari pernyataan tersebut, internet dapat memudahkan kecenderungan otak manusia tersebut, sesuai dengan hasil penelitian Universitas Birmingham. Salah satu kemudahan itu adalah manusia akan mencari segala hal di internet dan mempercayai hal tersebut.
Contohnya, perkembangan IoT pada bidang aplikasi adalah sistem copy-paste dan parafrase online otomatis membuat plagiarism sulit untuk dideteksi. Hal ini, semakin mendukung manusia untuk tidak produktif dan cenderung malas dalam membaca informasi umum ketimbang informasi yang spesifik.
Selain efek negatif dari penggunaan IoT secara berlebihan, IoT juga membawa serangkaian masalah lain yang perlu diperhatikan oleh para penggunanya. Masalah utama yang berbahaya untuk masyarakat adalah sistemnya yang bisa bekerja dengan akurat dan tanpa henti.
Dengan begitu, IoT bisa menggantikan peran manusia sebagai tenaga kerja dengan efisien dan parahnya bisa mengurangi lapangan kerja yang sudah ada. Contohnya, peran buruh dalam merakit IoT bisa digantikan dengan sebuah robot untuk memproduksi IoT itu sendiri. Belum lagi, sistem hardware dan software yang bisa saja diretas atau , walaupun sudah memiliki sistem enkripsi berlapis.
Di balik kelebihan IoT yang sangat banyak dan menguntungkan, terdapat segudang dampak negatif yang menghantui para penggunanya. Membuat penggunanya malas, tidak produktif, dan dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi otak manusia.
Dengan kata lain, IoT bisa menjadi sebuah pedang bermata dua yang bisa mempengaruhi penggunanya. Walaupun, IoT banyak membantu pekerjaan manusia yang sebelumnya sulit untuk dikerjakan. Tetapi, jika masyarakat bijak dalam menggunakan IoT tentunya akan menjadi sebuah alat yang powerful untuk kita gunakan sehari-hari.
sumber ; https://www.viva.co.id/vstory/opini-vstory/1567885-iot-membuat-manusia-malas?page=2
Hal tersebut, memungkinkan toaster bisa menyiapkan roti pada saat user memerintahkannya dari ponsel genggam. Kini, digitalisasi hampir bisa dirasakan oleh semua masyarakat di Indonesia, apalagi yang tinggal di kota-kota besar. Tetapi, perkembangan yang masif tersebut membawa dampak buruk, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dampak tersebut adalah sikap malas yang kian hari kian meningkat.
Mengacu pada penelitian oleh Universitas Birmingham yang melibatkan sekitar 6000 responden tentang pola pikir manusia, yaitu manusia cenderung akan melihat atau mengingat sesuatu jika dan hanya jika manusia tersebut membutuhkannya.
Dari pernyataan tersebut, internet dapat memudahkan kecenderungan otak manusia tersebut, sesuai dengan hasil penelitian Universitas Birmingham. Salah satu kemudahan itu adalah manusia akan mencari segala hal di internet dan mempercayai hal tersebut.
Contohnya, perkembangan IoT pada bidang aplikasi adalah sistem copy-paste dan parafrase online otomatis membuat plagiarism sulit untuk dideteksi. Hal ini, semakin mendukung manusia untuk tidak produktif dan cenderung malas dalam membaca informasi umum ketimbang informasi yang spesifik.
Selain efek negatif dari penggunaan IoT secara berlebihan, IoT juga membawa serangkaian masalah lain yang perlu diperhatikan oleh para penggunanya. Masalah utama yang berbahaya untuk masyarakat adalah sistemnya yang bisa bekerja dengan akurat dan tanpa henti.
Dengan begitu, IoT bisa menggantikan peran manusia sebagai tenaga kerja dengan efisien dan parahnya bisa mengurangi lapangan kerja yang sudah ada. Contohnya, peran buruh dalam merakit IoT bisa digantikan dengan sebuah robot untuk memproduksi IoT itu sendiri. Belum lagi, sistem hardware dan software yang bisa saja diretas atau , walaupun sudah memiliki sistem enkripsi berlapis.
Di balik kelebihan IoT yang sangat banyak dan menguntungkan, terdapat segudang dampak negatif yang menghantui para penggunanya. Membuat penggunanya malas, tidak produktif, dan dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi otak manusia.
Dengan kata lain, IoT bisa menjadi sebuah pedang bermata dua yang bisa mempengaruhi penggunanya. Walaupun, IoT banyak membantu pekerjaan manusia yang sebelumnya sulit untuk dikerjakan. Tetapi, jika masyarakat bijak dalam menggunakan IoT tentunya akan menjadi sebuah alat yang powerful untuk kita gunakan sehari-hari.
sumber ; https://www.viva.co.id/vstory/opini-vstory/1567885-iot-membuat-manusia-malas?page=2
0 Komentar