Aksi Telkom Bangun Data Center & Tantang Raksasa Telko Dunia


Kota Batam yang secara geografis berada sejengkal dari perbatasan Singapura kini menjadi idaman perusahaan lokal hingga internasional untuk melakukan investasi pembangunan dan pengembangan pusat data, infrastruktur teknologi utama yang menjadi tulang punggung ekosistem dan ekonomi digital.

Terbaru, perusahaan asal Singapura Princeton Digital Group (PDG) telah mengumumkan investasi awal pengembangan pusat digital untuk kawasan Asia Tenggara dan akan membangun pusat data di Batam dengan kapasitas total 96 MW. Total investasi awal yang akan dikucurkan oleh PDG mencapai US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 15 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$).

Area kampus seluas 15 hektar yang terletak sekitar 20 km dari lepas pantai Singapura tersebut akan memungkinkan pelanggan untuk memperluas infrastruktur mereka dengan mulus, ungkap PDG.

Perluasan bisnis PDG akan membuat bisnis layanan pusat data dalam negeri semakin kompetitif, dengan sejumlah perusahaan lain, lokal maupun luar, telah berebut ceruk kue pangsa pasar yang nilainya diharapkan akan menggelembung seiring tingginya penetrasi teknologi.

Saat ini terdapat sejumlah perusahaan lokal, internasional hingga lembaga pemerintah yang telah menyampaikan niatnya untuk berinvestasi, dengan sebagian telah memasuki proses groundbreaking.

Emiten BUMN raksasa Telkom Indonesia (TLKM) sebelumnya telah lebih dulu melaksanakan peletakan batu pertama untuk pembangunan pusat data di Batam. NeutraDC Hyperscale Data Center Batam (HDC Batam) merupakan perusahaan patungan antara Telkom (60%), Singtel (35%) dan Medco Power (5%) akan dibangun di Kabil Industrial Estate, Batam. Pembangunan ini dilakukan salah satunya untuk melayani dan menangkap potensi rembesan permintaan yang berasal dari Singapura dan sekitarnya.

Data center Telkom akan dibangun di atas lahan seluas 8 Ha dengan total kapasitas IT load 51MW dan akan dibangun secara bertahap dengan pendanaan awal mencapai US$ 198 juta (Rp 2,97 triliun).

Lalu ada juga Kementerian Komunikasi dan Informatika yang juga berencana membangun pusat data di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa demi mempercepat transformasi digital nasional.Adapun nilai komitmen investasi untuk proyek ini mencapai Rp 2,32 triliun.

Selanjutnya terdapat dua perusahaan asal Hong Kong yang telah melakukan peletakan batu pertama pertengahan tahun lalu. PT Data Center First Nongsa One, investasi dari Hong Kong, akan dibangun dengan kapasitas 31 MW dengan nilai komitmen investasi Rp 4,3 triliun dan target beroperasi tahap pertama pada Q4 2023.

Investasi Hong Kong lainnya lewat PT. GDS IDC Services juga akan membangun pusat data berkapasitas 30 MW. Pusat data yang dibangun dengan nilai Rp 3 triliun ini ditargetkan beroperasi pada Q4 2023/Q1 2024 untuk tahap pertama.

Selain yang telah disebutkan sebelumnya, masih banyak investor lain yang juga diharapkan bakal berinvestasi di Batam yang mana total 11 lokasi lahan telah diplot sebagai lokasi data center dengan luas wilayah belasan hektare.

Pada Juni 2021, Pemerintah Indonesia menetapkan Nongsa sebagai Kawasan Ekonomi Khusus untuk ekonomi digital dan pariwisata. Nongsa dan Batam digambarkan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo sebagai "jembatan digital" antara Singapura dan Indonesia, karena permintaan akan talenta teknologi, listrik berkelanjutan, lahan untuk mengembangkan pusat data, dan kapasitas terus meningkat.

Ramainya investasi di Batam membuat bisnis layanan pusat data dalam negeri semakin kompetitif demi berebut ceruk kue pangsa pasar yang nilainya diharapkan akan menggelembung seiring tingginya penetrasi teknologi.

Pertumbuhan permintaan layanan data center sampai dengan tahun 2030 diperkirakan akan tumbuh eksponensial dan datang dari sejumlah segmen utama termasuk enterprise, digital native business dan cloud service provider untuk melayani pasar domestik maupun regional.

Asia Tenggara yang merupakan rumah bagi induk Shopee Sea Ltd hingga Grab dan GOTO, ekonomi digitalnya diperkirakan akan tembus US$ 330 miliar (Rp 4.950) pada tahun 2025, menurut laporan yang diterbitkan oleh Google, Temasek Holdings, dan Bain & Co.

Penetrasi tinggi dan cepat pada adopsi seluler dan layanan digital menciptakan peningkatan permintaan baru untuk infrastruktur dan layanan komputasi awam. Persyaratan lokalisasi data di seluruh kawasan Asia Tenggara juga ikut memicu permintaan akan pembangunan sejumlah pusat data baru.

sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20230222140055-17-416026/aksi-telkom-bangun-data-center-tantang-raksasa-telko-dunia

Posting Komentar

0 Komentar