Dani Indrawan, Dari IoT hingga Revenue Baru


s
eperti diketahui, sejak pandemi Covid-19 merebak, rumah sakit (RS) menjadi tulang punggung penanggulangan virus baru itu. Ini menjadikan tantangan yang dihadapi rumah sakit berlipat ganda. Selain menangani pasien Covid-19, mereka pun harus menjaga kesehatan serta pola kerja staf dan dokter, juga menyediakan alat pelindung diri (APD), alat tes, hingga obat-obatan.

“Ujung dari semua itu adalah terganggunya cash flow rumah sakit,” ungkap Dani Indrawan, Direktur Keuangan & SIRS RS Metropolitan Medical Centre (MMC). Sebagai komandan keuangan, Dani langsung menghadapi tantangan baru itu. Dia merasakan sejumlah dampak nyata, antara lain penurunan jumlah kunjungan pasien, baik rawat jalan maupun rawat inap; peningkatan biaya untuk APD; hingga penurunan utilisasi peralatan investasi yang mengakibatkan return of investment berkurang drastis.

Secara garis besar, Direktur Keuangan & SIRS RS MMC sejak 2019 ini menyimpulkan, ada empat tantangan utama yang harus ditanggulangi. Tantangan pertama, tingkat kunjungan. Pola kunjungan berubah: pasien Covid naik dan non-Covid turun.

Tantangan kedua, supply farmasi. Stok hasil perencanan sebelum Covid menumpuk pada inventoridan sebagian obat Covid yang sangat vital mengalami shortage. Tantangan ketiga, operasional rumah sakit yang terganggu, sehingga dibutuhkan pengaturan tenaga kesehatan agar tidak burnout. Tantangan keempat, keuangan. Terjadi perlambatan cash in, dan idle money dalam bentuk inventorikhususnya obat-obatan.

Dari situ, Dani mengatakan, RS MMC menggelar tujuh langkah strategis. Pertama, merelokasi penggunaan dana. Alokasi anggaran diutamakan untuk kebutuhan penanggulangan Covid-19, pelatihan bagi yang work from home (WFH), efisiensi, serta cost cutting di segala bidang.

Kedua, mendesain ulang model bisnis. Di antaranya, membuka pola layanan baru, mengembangkan layanan home care, membuat laboratorium pengetesan Covid, dan membuka layanan wellness yang terintegrasi dengan Internet of Things (IoT) untuk memonitor perkembangan.

Ketiga, melakukan evaluasi dan perbaikan tata kelola. Seiring langkah efisiensi, dibentuk tim task force Kendali Mutu dan Kendali Biaya, dan penyesuaian SPO (standar dan prosedur operasional). “Pandemi ini kami manfaatkan untuk efisiensi. Kemudian dengan menerapkan lean management, kami bisa melihat semua proses bisnis yang menjadi bottle neck: mana yang waste dan harus dibuang,” tuturnya.

Keempat, melakukan revenue cycle and cash management. RS MMC menyelaraskan AR-AP (account receivable-account payable) untuk pengelolaan cash management, melakukan negosiasi penyesuaian term of payment dengan vendor, menjalin kerjasama dengan lembaga keuangan untuk pengamanan pemenuhan kebutuhan dana operasional jangka pendek, hingga mencari revenue stream baru. “Kami harus mencari revenue stream baru, seperti membuka layanan screening Covid dan valet parking, yang ternyata cukup memberikan income cash yang cepat,” ungkap pria kelahiran 1980 itu.

Kelima, mengembangkan dan mempertahankan SDM. Dibuat pengembangan diklat bagi karyawan, pemberian skema insentif finansial khusus, dan ketenangan bekerja kepada karyawan.

Keenam, mengembangkan teknologi dan digitalisasi. Pada area ini, pihaknya mengganti core system rumah sakit, membuka layanan telemedicine untuk mengembalikan kunjungan pasien, menyiapkan infrastruktur sistem dan jaringan WFA, mengimplementasikan cyber security dan disaster management, mengembangkan IoT yang terintegrasi dengan core system sehingga pasien dapat termonitor perkembangannya meski di rumah, dan mengadakan robot untuk penugasan khusus, terutama ketika masuk ke dalam wilayah Covid.

Ketujuh, mengembangkan data analitik dan forecasting system, antara lain dengan meluncurkan executive dashboard monitoring system dan membangun forecast pharmacy system. Pada optimalisasi teknologi ini, dihadirkan robot nurse assistant, telepresence, patient guide, dan teleconsultation, serta yang paling digarisbawahinya, yaitu membangun ruang rawat berkonsep smart room di lantai 8 yang menggunakan voice activated command room, touchless sensors, smart device, roller blind, automatic curtain, dan door button.

“Kami kan masuk dalam pelayanan Covid, jadi pada sisi HPP (harga pokok penjualan) mengalami penghematan karena biayanya ditanggung oleh Kemenkes. Akhirnya, itu menjadi low cost sehingga dana yang kami miliki bisa digunakan untuk pengembangan,” Dani mengungkapkan.

Yang jelas, dalam waktu singkat, menurutnya, lantai baru tersebut memberikan kontribusi langsung sekitar 20% terhadap pendapatan. “Pasien bisa merasakan experience baru karena semuanya digerakkan secara touchless dan automasi. Ini mendorong asuransi untuk memasukkan pelayanan-pelayanan non-Covid-nya di kami,” ungkapnya. Ke depan, sejumlah pelayanan itu bukan hanya akan dipertahankan, tapi juga ditingkatkan kualitasnya. (*)

sumber : https://swa.co.id/business-champions/leaders/indonesia-best-cfo/dani-indrawan-dari-iot-hingga-revenue-baru

Posting Komentar

0 Komentar