OPINI: Apa yang Diperlukan untuk Wujudkan Smart Manufacturing di Asia Pasifik?


 Selama beberapa dekade terakhir, dunia telah menyaksikan kebangkitan Asia Pasifik melalui kemampuan manufakturnya, yang didorong oleh keunggulan di sisi tenaga kerja, ekonomi, dan regulasi. Namun, raksasa manufaktur dunia tersebut kini berada di 'titik infleksi' yang kritis.

Ekspektasi pelanggan yang terus berubah dan tuntutan agar produk atau layanan bisa hadir di pasar dengan lebih cepat, ditambah dengan inflasi yang melonjak, gangguan di rantai pasokan, dan pekerjaan yang menumpuk di bagian produksi telah memberikan tekanan pada kemampuan produksi kawasan ini.

Para pemanufaktur tidak saja ditantang untuk bisa memenuhi ekspektasi tersebut, tapi juga ada tekanan besar untuk melakukan perubahan ketika para pemanufaktur baru muncul dengan peralatan dan teknologi terbaru.

Untuk meningkatkan keunggulan kompetitif, banyak pemanufaktur di Asia Pasifik berharap bisa memanfaatkan "smart manufacturing" atau proses manufaktur cerdas, yakni konsep yang mengintegrasikan teknologi, data, proses, dan interaksi manusia untuk meningkatkan hasil produksi.

Di Indonesia, pemerintah bahkan telah membentuk ekosistem Industry 4.0 yang disebut SINDI 4.0 untuk membangun sinergi, koordinasi, dan kolaborasi antar pemangku kepentingan dan pelaku industri dalam penerapan teknologi pintar ke sektor manufaktur.

Namun, ada dua hambatan utama. Pertama, banyak pemanufaktur berasumsi bahwa mereka telah mewujudkan smart manufacturing dengan menerapkan teknologi-teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) atau analitik data, sedikit demi sedikit, sehingga manfaatnya terbatas pada area produksi, bukannya menghubungkan teknologi-teknologi tersebut ke rantai nilai bisnis yang lebih luas.

Kedua, banyak juga yang ragu-ragu untuk menggunakan teknologi-teknologi baru karena kekhawatiran akan pertimbangan interoperabilitas antar sistem, investasi modal yang besar, dan ketidakmampuan untuk melakukan peningkatan kapasitas.

Tantangan utama yang berkontribusi pada hambatan-hambatan ini adalah manajemen dan integrasi "data" dan "proses".

Organisasi-organisasi jangan sekadar menambahkan teknologi baru, tapi juga harus mewujudkan konvergensi yang sesungguhnya antara pabrik (atau teknologi operasional) mereka dengan perusahaan (atau teknologi informasi) mereka, menjalankan pabrik dengan dikendalikan software, serta memantau operasional, alur kerja, dan interaksi manusia secara holistik dengan konteks bisnis yang lebih luas.

sumber : https://www.liputan6.com/tekno/read/5205975/opini-apa-yang-diperlukan-untuk-wujudkan-smart-manufacturing-di-asia-pasifik

Posting Komentar

0 Komentar