Layanan berbasis Internet of Things (IoT) makin terus berkembang. Layanan teknologi baru itu dinilai tengah menunggu momentum untuk bisa membumi dalam menjawab kebutuhan masyarakat.
Menurut Vice President Startup Bandung, Nur Islami Javad, layanan berbasis IoT saat ini masih didominasi segmen pasar B2B (business to business) dibandingkan B2C (business to consumer). Celah ini merupakan peluang.
“Adopsi yang tinggi pada IoT itu masih di segmen B2B, belum meluas ke masyarakat umum. Sepengamatan saya dalam industri startup, yang bisnisnya berkelanjutan memang di B2B IoT karena tidak terjebak dalam perang bakar-bakar duit,” katanya dalam keterangannya, Selasa (11/4/2023).
Dijelaskan, target pasar korporat menciptakan banyak keseimbangan bagi pelaku startup. Pasalnya, sasarannya tak sebanyak pasar ritel. Hanya saja, mempunyai kemampuan daya beli jauh lebih besar sehingga sangat realistis untuk sebuah bisnis riil.
“Era bisnis valuasi sudah lewat, sekarang harus logis dan bisa bertahan lama. Rasionalitas bisnis menjadi nomor satu. Jadi, harus kuat sisi bisnis secara umum namun di enhance dengan berbagai mindset dunia startup, atau dalam bahasa lain, bisnis regular tapi mengadaptasi cara-cara berpikir dan operasi ala startup,” katanya.
Jeff, panggilan akrab Nur Islami Javad, menyebutkan layanan Antares sebagai layanan IoT dari PT Telkom yang sudah baik dari sisi teknis. Hal ini, jelasnya, akan tambah baik bahkan mantap kalau disertai dengan arahan laju usaha (advisory) yang disertai ekosistem yang besar.
Untuk itu, guna melesat, naik kelas, tetap butuh wahana seperti Telkom Dilo, Indigo, atau bahkan Telkom Grup itu sendiri, guna menciptakan interaksi dalam ranah pasar B2B. Langkah ini pun harus dilakukan secara konsisten kendati tidak ngebut sehingga ekspektasi pasar bisa akurat.
Antares yang berada di bawah payung Leap-Telkom Digital, masuk ke dunia IoT di Tanah Air sebagai upaya mempercepat implementasi IoT di Indonesia dengan cara mendukung ekosistem IoT di antaranya melalui penyediaan solusi dan konektivitas IoT berbasis Long Range Wide Area Network (LoRaWAN).
Sejauh ini dari segi konektivitas, LoRaWAN milik Antares telah berada di lebih dari 700 titik yang tersebar di seluruh Indonesia. Layanan itu di antaranya tertanam pada sistem Smart Water Meter yang membuat perusahaan pengelola air minum atau PDAM pengguna Antares dimudahkan memantau kualitas air dengan media portal sistem informasi yang terpusat sehingga standar K3 air lebih terjaga.
Di sektor logistik, IoT Antares juga dimanfaatkan untuk memantau kontainer secara real-time, melalui visibilitas data pergerakan setiap kontainer saat masuk atau pun keluar depo dan saat di perjalanan.
Pada sektor manufaktur, Antares juga memberikan manfaat melalui identifikasi dan kalkulasi biaya produksi dari aspek daya konsumsi energi perusahaan yang menggunakan.
Bahwa tren IoT berkembang sempat dibahas pada 2015. Sebuah paper ilmiah bertajuk "The internet of things: An Overview" yang digarap tiga ilmuwanThe Internet Society yakni Karen Rose, Scott Eldridge, dan Lyman Chapin membuat premis yang semula dianggap tak mungkin namun kini kian meluas yakni IoT.
Mereka menyebutnya sebagai teknologi yang memungkinkan konektivitas jaringan dan kemampuan komputasi meluas ke objek, sensor, dan barang sehari-hari. Konektivitas ini memungkinkan perangkat menghasilkan, bertukar, dan mengonsumsi data.
Dalam perkembangannya, koneksi yang disebut sebagai smart objects itu makin memasyarakat secara global termasuk Indonesia. Tak ketinggalan, masyarakat Indonesia pun masuk dalam tren tersebut.
Laporan World Economic Forum bertajuk 'The Future of Jobs Report 2020', jelasnyazmenyebutkan bahwa sebanyak 9 persen, perusahaan di seluruh dunia sudah pasti memanfaatkan teknologi IoT pada 2025.
Kemenkominfo pada tahun lalu menyatakan, jumlah perangkat IoT pada tahun 2022 lalu diperkirakan 400 juta serta akan meningkat ke 678 juta perangkat pada 2025 nanti pasca hadirnya layanan 5G.
Selain itu, nilai pangsa pasar perangkat IoT di Indonesia juga diprediksi meningkat hingga Rp 355 triliun pada 2022. Seiring naiknya pangsa diperkirakan bisa mencapai Rp 557 triliun pada 2025 nanti. Angka iru sejalan penetrasi internet yang terus meningkat di Indonesia, dengan angka terbaru Januari 2023 yang sudah mendekati 80 persen dari total populasi tanah air.
sumber: https://jakarta.suaramerdeka.com/teknologi/1348427477/saatnya-layanan-berbasis-iot-ambil-momentum
0 Komentar