ASIOTI: Smart Home di Indonesia Capai 8,35 Juta Rumah

 

Seiring perkembangan produk internet of things (IoT), kini muncul kategori smart home. Bahkan jumlahnya sudah mencapai 8 juta di Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Teguh Prasetya, Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) pada acara UR Festival 2023 di Kota Kasablanka Jakarta. Teguh menuturkan perkembangan IoT di Indonesia luar biasa. Pertumbuhan terlihat di semua sektor. Tidak hanya pendidikan dan kesehatan, tetapi juga sektor lifestyle tumbuh pesat.

“Jumlah smart home tumbuh menjadi 8,35 juta rumah. Naik 1,1 juta dibandingkan tahun lalu. Atau pertumbuhannya lebih dari 5 juta device per tahun,” papar Teguh mengutip laporan WeAreSocial terhadap Indonesia yang dikeluarkan pada Februari 2023, di Jakarta, Selasa (4/4/2023). Lalu apa itu smart home? Menurut Teguh, rumah dengan perangkat smart dan terkoneksi dengan jaringan, itu sudah dikategorikan smart home. Baik itu hanya smart lamp (lampu pintar) satu unit aja, itu sudah masuk smart home. “Hasil survey yang dilakukan ASIOTI menemukan satu rumah rata-rata punya lima perangkat pintar. Mulai dari lampu, sensor, cctv, doorbell. Dan biasanya, 1 rumah minimal ada 3 lampu. Dan ketika sudah pakai smart lamp, kedepannya akan bertambah,” ujar Teguh. Tren berikutnya menurut Teguh adalah pembelian kembali produk smart home.

 Maka dari itu potensinya masih besar. “Tren sampai 2025 potensi pasarnya masih USD4 miliar atau setara Rp444 trilliun. Jumlah perangkatnya lebih fantastis lagi yakni 678 juta unit. Potensinya luar biasa,” ungkap Teguh. Teguh Prasetya, Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) dan Andre Tan, Deputy CEO Erajaya Active Lifestyle di acara UR Festival 2023 di Kota Kasablanka Jakarta, Selasa (4/4/2023). Di kesempatan yang sama, Andre Tan, Deputy CEO Erajaya Active Lifestyle, menambahkan, biasanya konsumen akan membeli produk dari brand yang memiliki katalog lengkap. 

“Soalnya kalau brand berbeda, akan menggunakan aplikasi lain lagi. Itu akan menyulitkan,” ucap Andre. Menurut Teguh, orang Indonesia menyukai IoT. Tidak hanya generasi Baby Boomer, Milenial dan Gen Z pun sudah memegang perangkat IoT. Karakteristik orang Indonesia itu early adopter, Teguh menambahkan, jadi suka mencoba apa yang baru. Apalagi difasilitasi media sosial, segala macam bisa jadi konten.

 “Kami melihat 10 tahun kedepan, IoT sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.” Kemudian Teguh memaparkan dampak IoT bagi penggunanya. Pertama, mengefisiensikan kehidupan sehari2. Kedua, meningkatkan produktivitas. Dulu serba manual, sekarang dengan IoT tinggal perintah pakai suara sudah bisa jalan. Bisa matiin, nyalain perangkat. Ketiga, ternyata bisa menambah income.

sumber: https://selular.id/2023/04/asioti-smart-home-di-indonesia-capai-835-juta-rumah/

Posting Komentar

0 Komentar