Keberadaan kota cerdas di suatu negara tidak hanya dibentuk oleh kecerdasan kota, tetapi juga manusia yang hidup di dalamnya.
Paradigma itulah yang mewakili gagasan pemikiran dari insan Pemerintah Kota Surabaya dalam memahami dan mengimplementasikan makna dari kota cerdas yang sebenarnya.
Kota cerdas sendiri terkait dengan penggunaan teknologi komputasi cerdas untuk mengintegrasikan berbagai komponen penting dari infrastruktur dan layanan kota.
Pemerintah Kota Surabaya menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, sehingga kelak menjadi legasi pemimpinnya, tidak hanya berupa bangunan monumental, tetapi lebih pada mental dan sistem yang menjalankan program pemerintah kota.
Terpilihnya Kota Surabaya menjadi tuan rumah dari kegiatan Forum Smart City Nasional 2023 yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI pada 12-14 Juni 2023 adalah bentuk pengakuan bahwa Surabaya menjadi yang terdepan dalam menerapkan program kota cerdas.
Surabaya sendiri sudah memulai konsep kota cerdas ini sejak tahun 2002 atau sejak masa kepemimpinan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono, dilanjutkan Wali Kota Tri Rismaharini, dan saat ini oleh Wali Kota Eri Cahyadi.
Sejak saat itu, sudah banyak kota-kota di Indonesia yang belajar langsung ke Kota Surabaya. Hal itu bukan sekadar citra atau pelabelan kota cerdas dunia dari lembaga di luar negeri, namun itulah kenyataan yang sebenarnya.
Kemenkominfo sendiri mengarahkan pelayanan publik di berbagai bidang di Indonesia untuk digitalisasi karena banyak memberikan kemudahan bagi masyarakat. Caranya dengan pembentukan kota cerdas. Program ini dapat memberikan solusi masalah perkotaan, seperti kemacetan, polusi udara, dan pelayanan publik.
Program ini dipilih oleh Pemerintah diharapkan dapat mempercepat pengembangan kota cerdas dan kabupaten cerdas di Indonesia. Karena itu perlu adanya kolaborasi dan sinergi antarkabupaten dan kota di Indonesia untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengembangan program ini.
The Smart City Observatory oleh IMD World Competitiveness Center, sebelumnya merilis daftar Smart City Index (SCI) 2023 atau indeks kota pintar di dunia. Dari total 141 kota dari seluruh dunia yang diteliti, tiga kota di Indonesia, yakni Jakarta, Makassar dan Medan masuk dalam daftar SCI 2023.
Jakarta ada di posisi ke-102, Medan menempati urutan ke-112, dan Makassar posisi ke-114 sebagai kota cerdas terbaik di dunia. Sementara Kota Surabaya tidak masuk ke dalam daftar tersebut.
Kota Surabaya tidak masuk dalam daftar itu, padahal berdasarkan versi penilaian dari Kemenkominfo RI, Kota Pahlawan ini sudah masuk dalam daftar kota cerdas bersama kota lain, seperti Jakarta dan Bandung.
Tentu hal itu sempat menjadi tanda tanya di kalangan masyarakat. Bahkan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir juga sempat terkejut saat pertama kali mendengar kabar jika Kota Surabaya tidak masuk dalam daftar.
Kabar tersebut sempat mendapat respons Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji, serta pimpinan DPRD Surabaya. Mereka mempertanyakan standar penilaian untuk kota cerdas itu.
Jika parameter penilaian kota cerdas terdiri enam hal sebagai bahan identifikasi, yakni "smart government", "smart economy", "smart environment", "smart living", "smart people", dan "smart mobility", maka Kota Surabaya sudah jauh hari telah menerapkannya. Bahkan bisa dikatakan Surabaya sudah jauh melampaui kota-kota lain di Indonesia.
Sebut saja untuk parameter "smart government", Pemkot Surabaya telah menerapkan sistem terintegrasi berbasis teknologi informasi untuk aktivitas sehari-hari dalam proses birokrasi dan administrasi serta pelayanan publik.
Begitu juga "smart environment", dimana gedung yang ada di Surabaya berkonsep bangunan hijau dengan pengolahan limbah dan energi yang ramah lingkungan, sekaligus penyediaan ruang terbuka hijau dan taman-taman yang tersebar di penjuru kota.
Sementara "smart economy", komunitas usaha telah diberdayakan agar mampu bersaing hingga tingkat global, melalui digitalisasi. Selain itu juga telah dibangun broadband learning center (BLC), sehingga warga dari semua umur dan kalangan dapat belajar teknologi informasi secara gratis.
Untuk "smart mobility", perencanaan transportasi sekaligus mobilitas pelayanan publik di Surabaya diatur sedemikian rupa agar efektif dan efisien. Banyak inovasi telah dilakukan, seperti halnya Surabaya Intelligent Transport System (SITS), monitoring CCTV, serta yang terbaru adalah layanan tanggap darurat 112.
Demikian pula "smart living", dimana pemerintah kota melakukan pembenahan lingkungan agar anak-anak di daerah itu tumbuh dengan baik. Sama halnya dengan "smart people", dengan tersedianya fasilitas Rumah Bahasa yang memungkinkan masyarakat untuk belajar secara gratis, tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.
Untuk penerapan "smart mobility", kepala daerah dan seluruh orang yang terlibat dalam jajaran Pemkot Surabaya terhubung dengan alat komunikasi berupa handy talky (HT), ponsel, WA grup dan lainnya. Dengan demikian, ketika kepala daerah sedang melakukan kegiatan di luar, tetap terhubung dengan pegawai di jajarannya.
Sebagai kota yang mendapat julukan kota cerdas, Kota Surabaya dituntut untuk selalu menampilkan inovasi-inovasi terbaru. Karena inovasi inilah Kota Surabaya selalu berhasil menarik perhatian instansi atau pemerintah daerah lain untuk mempelajari tentang hal tersebut.
Salah satu pengembangan dari kota cerdas yang sudah dilakukan di Surabaya dalam bidang transportasi massal adalah Bus Suroboyo yang bisa langsung terintegrasi dengan lampu merah. Apabila bus mendekati lampu merah, maka lampu akan selalu hijau.
Selain itu, pelayanan publik Surabaya Single Window (SSW) yang memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal, pemprosesan data maupun informasi secara tunggal dan sinkron, serta pembuatan keputusan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) dalam memberikan perizinan. Dengan SSW, pelayanan perizinan ini lebih hemat waktu dan biaya, dan yang lebih penting lagi adalah transparansi biaya.
Meski Kota Pahlawan tidak masuk daftar kota cerdas versi IMD World Competitiveness Center, Pemkot Surabaya tidak mempermasalahkan. Bagi Wali Kota Cak Eri, tujuan hidup menjadi wali kota adalah bagaimana bisa membahagiakan warga menggunakan digitalisasi, sehingga memotong mata rantai dan mempercepat pelayanan publik.
Masuk ke dalam penilaian kota cerdas tingkat dunia bukanlah tujuan utama dari Pemkot Surabaya. Sebab, masuk atau tidaknya Surabaya ke dalam daftar kota cerdas juga bisa tergantung dari tim penilai.
Menuju Indonesia Cerdas
Berbagai aplikasi dan sistem sudah diciptakan dan diterapkan oleh Pemkot Surabaya dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi warganya.
Hampir semua pelayanan di Surabaya sudah dilakukan dengan berbasis elektronik, mulai dari perencanaan, perizinan, dan lainnya.
Bahkan di ruang kerja wali kota saat ini sudah terpasang monitor besar yang bisa memantau setiap saat tentang warga miskin, angka stunting, capaian kinerja setiap organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemkot Surabaya, beserta serapan anggarannya.
Oleh karena itu, Surabaya dipercaya menjadi tuan rumah Forum Smart City Nasional 2023 karena memang Surabaya ini menjadi salah satu kota yang semua pelayanannya sudah berbasis digital.
Antusiasme dari berbagai daerah lain untuk belajar ke Surabaya sangat tinggi, terbukti dengan adanya bupati dan wali kota yang langsung hadir ke lokasi acara untuk memastikan kepala dinasnya bisa bekerja sama dengan berbagai daerah, termasuk dengan Kota Surabaya.
Dalam penerapan konsep kota cerdas itu, Pemkot Surabaya menggunakan APBD yang juga merupakan uang negara. Maka, sudah sepatutnya pemkot bergandengan tangan dengan pemda lainnya. Kolaborasi ini mensyaratkan peletakan ego untuk bergabung menjadi satu bagian, sehingga inovasi yang sudah diterapkan di suatu daerah, bisa diterapkan di semua daerah.
Semua kabupaten dan kota memiliki kepentingan yang sama untuk kebaikan warganya, dan yang lebih penting lagi semuanya bersatu dan bekerja sama menjadi satu kekuatan besar demi kepentingan umat, demi Indonesia cerdas.
0 Komentar