Strategi Jeli Membaca Potensi Pasar IoT

 

Perkembangan adaptasi masyarakat Indonesia terhadap pemanfaatan teknologi IoT memang cepat

Bagi industri teknologi, khususnya internet of things (IoT), pandemi Covid-19 membawa hikmah tersendiri. Dengan keterbatasan mobilitas, adopsi teknologi, terus terakselerasi selama pandemi. 

Salah satu dampaknya, adopsi teknologi untuk perangkat IoT pun tumbuh subur. Data dari asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) pada 2023, pasar IoT di Indonesia pada 2025 mendatang diprediksi mencapai 40 miliar dolar AS atau sekitar Rp 572,7 triliun dengan 678 perangkat IoT terhubung.

Data yang disampaikan IoT-Analytics per Mei 2022 yang menyebutkan, konektivitas IoT di seluruh dunia sepanjang 2021 tumbuh sebesar delapan persen menjadi 12,2 miliar pengguna aktif, dengan sumbangan 400 juta perangkat yang telah terkoneksi dari Indonesia. 

Deputy CEO Erajaya Active Lifestyle Andre Tan menjelaskan, perkembangan adaptasi masyarakat Indonesia terhadap pemanfaatan teknologi IoT memang cepat. Terutama, di daerah yang telah memiliki infrastruktur konektivitas memadai, seperti Jabodetabek, Surabaya, dan Medan.

“Ketika pandemi, orang ternyata banyak yang mulai menjajal dan mengeksplorasi berbagai implementasi teknologi, seperti belanja daring dan mengenal konsep perangkat pintar,” ujar Andre, kepada Republika, Rabu (7/6/2023). Menurut dia, hal ini tentu berdampak positif bagi bisnis smart home IoT yang memang diusung Era Jaya. 

Tak terbatas pada penggunaan closed circuit television (CCTV) saja, tapi juga semakin banyak orang yang tertarik untuk menjajal IoT untuk mendukung gaya hidup sehat. Misalnya, dengan memanfaatkan smartwatch dalam berolahraga, hobi lari, yoga, atau bersepeda. 

photo

Andre menjelaskan, pada masa pandemi memang pertumbuhan bisnis perangkat IoT Erajaya terbilang menggembirakan. “Pada 2021, pasar kami tumbuh paling bagus, kemudian di 2022 mulai stabil, tapi juga tetap baik. Karena, kini dengan kesadaran pola hidup sehat, orang tentu ingin tahu sudah berapa banyak kalori yang mereka bakar, hingga bagaimana kualitas tidur mereka,” katanya. 

Dengan tren yang baik, Erajaya pun berencana terus menambah stock keeping unit (SKU) di jajaran perangkat IoT-nya. Apabila pada 2022, Erajaya memiliki 40 SKU, maka di 2023 diperkirakan akan bertambah menjadi 50 hingga 60 SKU. 

Dari berbagai jenis perangkat IoT yang ditawarkan ke pasar, Andre mengungkapkan, CCTV adalah perangkat yang paling diminati oleh konsumen Indonesia. Selain itu, perangkat pintar untuk memudahkan pemilik hewan peliharaan memberi makanan anak berbulu alias anabul-nya pun, termasuk perangkat yang juga sangat diminati. 

Membaca Behaviour Pelanggan

photo

Dengan besarnya potensi pasar IoT di Indonesia, Andre menyampaikan, Erajaya terus berstrategi agar tetap dapat bertumbuh. Salah satunya dengan memberikan edukasi kepada pelanggan tentang manfaat penggunaan perangkat IoT, terutama pada kalangan konsumen berusia matang. 

Andre menyebut, pelanggan IoT di Tanah Air ternyata tak hanya dikuasai anak muda alias milenial muda atau Gen Z. “Di kalangan anak muda, justru mereka lebih mudah menggunakan teknologi IoT karena telah terpapar berbagai jenis teknologi,” ujarnya.

Sementara untuk pasar usia yang lebih matang, Erajaya memperkuat strategi edukasinya di pasar luring. Hal ini sejalan dengan perilaku konsumen di kategori usia matang, yang memang cenderung lebih suka berbelanja perangkat IoT secara langsung. 

Mereka, Andre melanjutkan, lebih memilih belanja luring karena juga sekaligus ingin mendapat penjelasan langsung tentang manfaat dan cara instalasi perangkat yang ingin mereka beli. “Untuk itu, kami juga menyediakan layanan instalasi perangkat IoT, agar konsumen makin tak ragu untuk beralih ke perangkat pintar,” ujarnya. 

Untuk di segmen retail saat ini, Andre mengungkapkan, saluran pembelian daring dan luring untuk perangkat IoT justru masih sangat didominasi oleh pembelian secara luring dengan komposisi 80 persen berbanding 20 persen. Sementara, untuk segmen retail dan business to business alias B2B, persentasenya pun sangat berimbang, yakni 50-50 persen. 

Menimbang Faktor Keamanan 

photo

Saat ini, kesadaran masyarakat untuk makin mawas diri era digital sudah semakin tinggi. Mulai dari data pribadi hingga privasi sudah mulai makin menjadi faktor perhatian tersendiri. Termasuk juga, terkait aspek keamanan dari pemanfaatan teknologi IoT. 

Menurut Andre, sebenarnya untuk pengimplementasian perangkat IoT, masyarakat tidak perlu khawatir untuk urusan keamanannya. Karena, titik kritis keamanan perangkat IoT, sebenarnya ada di sistem penyimpanannya. 

“Di Indonesia, mayoritas masih menggunakan penyimpanan berupa kartu memori. Hal ini berbeda dengan kondisi pasar di luar negeri, yang mayoritas sudah menggunakan komputasi awan,” ujar Andre. 

Dia menjelaskan, dengan komputasi awan, penyerang atau penjahat siber cenderung akan lebih mudah melakukan serangan yang berakibat pada perangkat IoT menjadi dapat disusupi. Tapi, dengan kartu memori, kendali tentang penyimpanan, sepenuhnya ada pada pengguna. Di mana, konsumen bisa menyimpan atau mengganti kartu memorinya, sesuai kebutuhan. 

sumber: https://www.republika.id/posts/41883/strategi-jeli-membaca-potensi-pasar-iot

Posting Komentar

0 Komentar