Teknologi AI Tak Akan Membuat Media dan Fotografi Jurnalistik Mati

 

 Perkembangan AI terus mendorong inovasi teknologi lainnya, seperti robotika, Internet of Things (IoT), dan komputasi awan. Hal ini menciptakan peluang baru dan mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi.

AI dapat mengubah cara kita bekerja, berkomunikasi, belanja, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Ini membawa manfaat seperti kemudahan dan efisiensi, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang etika, privasi, dan dampak sosialnya.

AI telah digunakan dalam berbagai industri, termasuk teknologi, kesehatan, otomotif, keuangan, dan lain-lain.


Salah satu tujuan AI yang utama adalah membantu pekerjaan manusia. Berbagai pekerjaan yang dulunya dilakukan secara manual oleh manusia kini bisa dilakukan dengan lebih mudah menggunakan sistem AI.

Paulus Tri Agung Kristanto, Anggota Dewan Pers, selaku Ketua Komisi Pendidikan dan Pengembangan Profesi Pers. Menurut Agung, adanya aplikasi kecerdasan buatan seperti ChatGPT ini bisa dijadikan alat pembantu wartawan dalam membandingkan hasil karyanya dengan hasil yang dikerjakan oleh ChatGPT.

Bisa jadi sebagai pelengkap data dalam menulis informasi tertentu. Yang tidak bisa dilakukan ChatGPT dengan profesi wartawan atau penulis lainnya adalah tidak bisa menceritakan suasana yang terjadi pada suatu kejadian, hanya mengolah data saja.

Pewarta foto senior, Beawiharta, mengemukakan adanya keharusan perubahan gaya media massa konvensional di tengah membanjirnya informasi. Arus perubahan yang tentu sudah tidak dapat ditolak bagi media massa ketika harus berhadapan dengan beragam bentuk platform media sosial seperti sekarang.

Begitu pula terhadap fotografi jurnalistik, di tengah gairah budaya visual, turut mengalami perubahan bentuk penyajian maupun mediumnya. Sebelumnya bentuk cetak kemudian mewujud ke berbagai bentuk aplikasi digital untuk menampilkan narasi dan visual. Sementara doktrin cetak sampai titik darah penghabisan yang selalu digaungkan sudah tidak lagi relevan beberapa tahun ini.

Menanggapi keresahan tersebut, Beon Intermedia bersama dengan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Malang Raya menggelar diskusi bertajuk “AI Lens: Menerobos Batasan dalam Fotografi dan Branding,” yang diselenggarakan di gedung Malang Creative Center (MCC), Minggu (2/7/2023).

Salah satunya, dilakukan oleh salah satu entitas Beon Intermedia, yakni Mebiso. Ini merupakan platform virtual konsultan berbasis AI untuk mempermudah cek merek.

“Dalam platform ini, kami memiliki dokumen hasil analisis (DHA) saat pengguna melakukan cek merek. Hasil dari DHA ini nantinya yang bisa meningkatkan keberhasilan saat melakukan pendaftaran merek usaha,” papar Andina Paramitha, Head of Corporate Communication Beon Intermedia dalam diskusi bertajuk “AI Lens: Menerobos Batasan dalam Fotografi dan Branding,” di Gedung Malang Creative Center (MCC), Minggu (2/7/2023).

Dalam diskusi yang digelar oleh PFI Malang Raya dan Beon Intermedia tersebut, Andien menambahkan, teknologi tersebut hanyalah sebuah alat bantu.

“Teknologi hanyalah tools yang mempermudah pekerjaan. Ingat, hanya tools. Misalnya, untuk kebutuhan riset jadi lebih cepat dan mudah. Teknologi sifatnya hanya mendukung saja,” kata dia.

Perempuan yang akrab disapa Andien tersebut menguraikan, masih ada sederet hal krusial yang tidak bisa digantikan.

“Teknologi yang dibuat hanya tools, hal-hal yang tidak bisa digantikan adalah wisdom, perspektif, emosional, value dan relations,” kata dia.

Teknologi berbasis AI hanya alat pendamping yang bisa membantu meringankan pekerjaan. Manusia berperan penting untuk menjadi penentu bagaimana teknologi tersebut bisa digunakan.

“Salah satunya, dalam membuat prompt. Saat memberikan perintah kepada tools berbasis AI, harus clear dan sesuai dengan kerangka yang ada di dalam pikiran kita. Hal ini agar jawaban yang diberikan oleh AI bisa sesuai dengan apa yang diinginkan,” terang Muhammad Syahrul Munir, IT Team Beon Intermedia.

Lebih lanjut, Syahrul menguraikan, teknologi AI ini merupakan sebuah sistem yang dilatih oleh orang-orang pintar agar memiliki pengetahuan yang sama dengan mereka.

“Sehingga, ketika kita memberikan pertanyaan kepada AI, jawabannya bisa disesuaikan dengan pemikiran orang pintar itu tadi,” lanjut dia.

Sementara itu, Nedi Putra, perwakilan dari PFI Malang Raya menambahkan, adanya teknologi AI juga mempermudah fotografer dalam menganalisis dan memproses gambar secara otomatis. Kemudian, memudahkan untuk mengenali wajah dan objek dalam gambar.

Selain itu, menurutnya, AI dapat menganalisis ekspresi wajah dalam foto untuk menentukan sentimen atau emosi yang ditampilkan oleh orang-orang dalam gambar. Sertam dapat digunakan untuk melakukan pencarian gambar berdasarkan konten visual.

Bahkan, di beberapa bagian tertentu, AI dapat digunakan untuk mengedit gambar secara otomatis berdasarkan preferensi atau gaya tertentu. Sekaligus, dapat membantu mengenali teks dalam gambar, seperti tanda atau spanduk, dan mengubahnya menjadi teks yang dapat dibaca.

Kemudian, AI dapat membantu fotografer jurnalis dalam mengatur metadata gambar, seperti informasi lokasi, tanggal, atau keterangan gambar.

“Fotografer dapat memperoleh hasil yang lebih baik, meningkatkan efisiensi kerja, dan menyampaikan cerita dengan lebih efektif melalui gambar,” pungkas dia. (ted)

sumber: https://beritajatim.com/teknologi/teknologi-ai-tak-akan-membuat-media-dan-fotografi-jurnalistik-mati/

Posting Komentar

0 Komentar