Tim dosen dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat inovasi perangkat pengawasan emisi kapal di area pelabuhan berbasis Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA) dan Internet of Things (IoT). Salah satu anggota tim dosen, Muhammad Riduwan, menjelaskan gagasan ini dilatarbelakangi persoalan padatnya kegiatan pelayaran di Indonesia.
Hal ini menyebabkan tingginya emisi gas buang kapal yang dihasilkan. Selain itu, terdapat regulasi International Maritime Organization (IMO) yang menetapkan jumlah maksimum emisi sebuah kapal.
“Emisi tersebut meliputi SOx, NOx, COx, dan Particulate Matter (PM),” papar Riduwan dalam keterangan tertulis, Senin, 17 Juli 2023.
Riduwan mengatakan saat ini Indonesia belum memiliki sistem dan peralatan yang bisa memantau emisi gas buang kapal laut di udara. Oleh karena itu, tercetuslah gagasan perangkat pengawasan emisi kapal di area pelabuhan berbasis PUTA dan IoT untuk menjawab permasalahan tersebut.
“Kolaborasi antara PUTA dan IoT menjadikan gagasan yang diciptakan ini menjadi solusi yang efektif dan efisien,” tutur dia.
Dia menuturkan penggunaan PUTA dapat dikendalikan melalui sistem kontrol remote dari smartphone maupun komputer. Sehingga, hanya dibutuhkan sistem perangkat lunak untuk memantau emisi kapal di daerah pelabuhan.
“Dengan PUTA, sistem kontrol diwujudkan melalui website controlling yang akan menyajikan data secara realtime emisi yang dihasilkan kapal,” papar dia.
Cara kerja sistem ini, yakni PUTA yang diterbangkan di daerah pelabuhan dipasangkan empat sensor untuk mendeteksi masing-masing emisi baik SOx, NOx, COx, maupun PM. Lalu, pemantauan gas yang terdeteksi oleh PUTA dapat dilihat realtime melalui website yang dikembangkan oleh tim dosen ITS.
“Di website akan ditampilkan kadar emisi yang dihasilkan kapal dan akan terpantau kualitasnya apakah sesuai dengan regulasi IMO atau tidak,” beber dia.
Inovasi yang digagas tim dosen ITS ini merupakan kolaborasi dari Departemen Teknik Transportasi Laut ITS dan Program Studi Rekayasa Perangkat Lunak (Prodi RPL) dari Departemen Teknik Informatika ITS. Dosen ITS yang juga terlibat pada inovasi ini, yakni Tri Achmadi, Maulana Yafie Danendra, dan Siska Arifiani.
“Kita juga melibatkan total 10 mahasiswa dari kedua departemen yang bersangkutan,” ungkap dia.
Tim juga bekerja sama dengan mitra terkait seperti PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) dan PT Aerotek Global Inovasi. Rencananya, inovasi yang masih dalam tahap pengembangan ini akan diuji coba pertama kali di salah satu pelabuhan di daerah Bangkalan, Madura.
“Melalui inovasi ini juga diharapkan tujuan yang dimaksud bisa tercapai dan bisa dimanfaatkan oleh pihak pemerintah dengan baik sebagai solusi NZE 2050,” tutur Riduwan.
0 Komentar