Kebutuhan sumber daya manusia (SDM) operasional internet of things (IoT) di Indonesia cukup tinggi, tetapi talenta yang menguasai bidang tersebut masih minim.
Berdasarkan survei Literasi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di 34 provinsi pada 2020, menunjukkan kemampuan adaptasi teknologi masyarakat relatif belum bagus.Kemampuan ini jika ditambah kompetensi akses informasi dan literasi data, komunikasi dan kolaborasi, serta keamanan digital, maka survei tersebut menunjukkan skor keseluruhan literasi digital Indonesia mencapai 3,47 dari total 5.
Padahal dari sisi lain, Kominfo mengungkapkan, jumlah perangkat IoT di tahun 2022 diperkirakan mencapai 400 juta dan akan terus meningkat sampai dengan 678 juta perangkat pada tahun 2025 mendatang pasca hadirnya layanan 5G.
Menurut Vice President Startup Bandung/Chief Digital eCommerce Fintech Sharing Vision, Nur Islami Javad, masih diperlukan talenta digital khusus IoT, terutama di level teknis operasional.
Hal ini karena, jumlah talenta operational IoT yang mumpuni saat ini masih terbatas, terlebih lagi kebutuhan terhadap talenta tersebut terus meningkat seiring industri IoT yang semakin berkembang.
"Kebutuhan SDM teknis operasional seperti dari SMK banyak dibutuhkan. Sebab, di level operasional startup yang saya perhatikan, belum banyak SDM level operasional yang mampu mengoperasikan, maintenance, produksi, dan seterusnya," katanya, Rabu (5/7/2023).
Di saat bersamaan, sambung Jeff sapaannya, SDM level ahli di bidang IoT juga diperlukan. Hal ini terlihat dari banyak nya alumni kampus di Bandung terutama engineer dari Teknik Industri, Teknik Fisika, Fisika, MIPA, Elektro, Informatika, Matematika, dan sejenisnya, yang direkrut untuk bekerja di posisi yang berhubungan dengan IoT.
Melihat potensi IoT dan tantangan SDM di dalamnya, Telkom melalui Leap Telkom Digital berkontribusi aktif untuk menyiapkan SDM level operasional IoT tersebut dengan baru saja merilis Kelas Industri Digital IoT (KiDi IoT), solusi IoT di sektor pendidikan dari Antares dan ditujukan khusus untuk pelajar dan guru SMK.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah project based learning berbentuk teaching factory dalam pembuatan usecase IoT.
Melalui KiDi IoT Antares, Pengguna akan memperoleh antara lain industrial grade sensor, unlimited Antares platform application, unlimited hit API's, modul praktikum untuk IoT, pelatihan beserta materinya, termasuk juga pelatihan bersetifikasi baik untuk siswa maupun guru sebagai trainer/ToT.
KiDi IoT dari Antares ini diproyeksikan membantu sekolah menggali potensi siswa di bidang IOT agar memunculkan kreativitas dalam membuat berbagai macam usecase yang berhubungan dengan IoT. Selain itu metode pengajaran juga di lengkapi dengan praktik di lapangan guna mendukung teori di kelas.
"Kalau kita lihat, anak-anak SD kelas 1,2,3, sebagian suka baca buku coding untuk anak-anak, mungkin di masa depan, satu kesatuan pergerakan ekosistem IoT ini akan menjadi menarik," pungkas Jeff.
sumber:
0 Komentar