Karya Inovasi Mahasiswa Teknik Industri UMM; Ciptakan Alat Deteksi Kebakaran Berbasis IoT

 


Tim mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan alat yang dapat mendeteksi kebakaran hutan. Namanya Flame Shield Forest (FSF).

Alat tersebut tercipta diinisiasi dari peristiwa kebakaran lahan di Kawasan Bromo Tahun 2023 lalu. Akibatnya, banyak kerugian bagi negara maupun warga sekitar. Kerugian ditaksir saat itu mencapai 5,4 miliar rupiah. Telatnya penanganan serta informasi adanya kebakaran juga menyebabkan meluasnya lahan yang terbakar.

“Untuk itu, kami menciptakan alat ini agar hal tersebut tidak terjadi lagi. Alat ini juga bisa membantu pemadam kebakaran atau yang bertanggung jawab bisa segera mengetahui kondisi dan titik lokasi kebakaran terjadi,” terang salah satu anggota tim, Ahmad Wildan Al Mauludi.

Alat yang telah dipamerkan di Industrial Engineering Expo (IEE) pada Januari lalu ini mendapat banyak pujian. Pasalnya, FSF dilengkapi dengan Arduino ESP 32 sebagai sensor pendeteksi api, sensor gas, modul GPS, modul WiFi, dan penguat sinyal. Jika terjadi kebakaran, sensor api dan gas akan mendeteksi adanya kebakaran dan mengirimkan pesan peringatan pada gawai melalui fitur bot telegram.

Nantinya, pesan yang dikirim melalui gawai akan memuat lokasi akurat dari peristiwa kebakaran. Sementara, untuk sistem kelistrikan, FSF masih mengandalkan listrik dari luar sehingga belum memiliki daya sendiri. Hal ini dikarenakan alat ini membutuhkan daya yang terbilang kecil, sehingga cukup dipasang pada powerbank untuk menjalankan alat ini.

“Pada awalnya kami mau menggunakan panel surya, namun karena kurangnya budget dalam pembuatan sehingga kami memilih colokan USB yang cukup terjangkau,” tambahnya.

FSF tak hanya mendeteksi kebakaran hutan saja, namun juga dapat difungsikan sebagai pendeteksi kebakaran di ruko atau pemukiman padat penduduk. FSF akan mendeteksi kebocoran gas atau percikan api dari konsleting listrik sehingga penanganan kebakaran dapat segera dilakukan dan tidak membahayakan penduduk sekitar.

Ke depannya, Wildan dan tim akan mengganti fitur WiFi menjadi kartu GSM. Hal ini agar FSF dapat digunakan di hutan dan memiliki jangkauan sinyal yang lebih luas. Selain itu, kedepannya ia juga akan mengganti beberapa komponen sensor api dan gas agar jangkauan deteksi dapat lebih jauh.

“Untuk itu, inovasi FSF tak akan berhenti sampai di sini saja. Semoga kami dapat menambahkan fitur baru agar FSF dapat digunakan pada hutan yang rentan kebakaran,” pungkasnya. (imm)

Posting Komentar

0 Komentar