TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar bidang biologi konservasi di Universitas Indonesia (UI) Jatna Supriatna mengusulkan kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) memiliki koridor ekologi. Menurut dia, Kalimantan Timur merupakan salah satu wilayah dengan kekayaan biodiversitas terbesar di dunia.
"Di Indonesia, kan spesiesnya banyak sebagai hutan hujan tropis yang terkaya. Kalimantan Timur itu lebih kaya biodiversitas dibanding area Kalimantan lain. Banyak hasil penelitian yang menyebut itu, seperi Norman Myers, maupun Kuswata Kartawinata, dalam risetnya tahun 1978 di Lempake, Samarinda," kata Jatna kepada Tempo, Sabtu, 30 Maret 2024.
Menurut Jatna, dengan konsep kota hutan, maka ada peluang untuk mengembalikan kejayaan biodiversitas di Kawasan IKN. Dengan luas IKN 250 ribu hektare dan 65 persen diproyeksi sebagai hutan, maka ada lebih 100 ribu hektare kawasan yang bisa dikembangkan menjadi laboratorium ekologi. "Itu dua kali lebih besar dari luas kota Jakarta," ungkapnya.
TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar bidang biologi konservasi di Universitas Indonesia (UI) Jatna Supriatna mengusulkan kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) memiliki koridor ekologi. Menurut dia, Kalimantan Timur merupakan salah satu wilayah dengan kekayaan biodiversitas terbesar di dunia.
"Di Indonesia, kan spesiesnya banyak sebagai hutan hujan tropis yang terkaya. Kalimantan Timur itu lebih kaya biodiversitas dibanding area Kalimantan lain. Banyak hasil penelitian yang menyebut itu, seperi Norman Myers, maupun Kuswata Kartawinata, dalam risetnya tahun 1978 di Lempake, Samarinda," kata Jatna kepada Tempo, Sabtu, 30 Maret 2024.
Menurut Jatna, dengan konsep kota hutan, maka ada peluang untuk mengembalikan kejayaan biodiversitas di Kawasan IKN. Dengan luas IKN 250 ribu hektare dan 65 persen diproyeksi sebagai hutan, maka ada lebih 100 ribu hektare kawasan yang bisa dikembangkan menjadi laboratorium ekologi. "Itu dua kali lebih besar dari luas kota Jakarta," ungkapnya.
Adapun koridor ekologi yang dimaksud, kata Jatna, adalah penghubung antara kawasan hutan IKN dengan pusat konservasi di sekitarnya. Kawasan tersebut, yakni Taman Hutan Rakyat Bukit Soeharto, Samboja Lestari, Gunung Parung, dan Sungai Wain. Koridor tersebut, kata dia, bisa berbentuk hutan kemasyarakatan maupun perhutanan sosial. "Kelima kawasan ini, tinggal dikoneksikan dengan biodiversitas masing-masing," ucapnya.
Pembentukan koridor ekologi, kata Jatna, telah disampaikan kepada pihak Badan Otorita IKN. "Sudah tiga kali, kami bertemu Badan Otorita untuk menyampaikan hal ini," ujarnya.
Selain itu, Jatna menyoroti pembuatan rambu atau pedoman khusus dalam pembangunan infrastuktur IKN. Menurut dia, kejadian seperti di Pulau Komodo tidak boleh terulang. "Itu kan akhirnya ada komodo yang berhadap-hadapan dengan truk. Itu pedoman yang salah," kata dia.
Menurut Jatna, ketika pembangunan infrastuktur berada di wilayah habitat alami satwa, perlu mekanisme khusus seperti pemberian pagar. Untuk itu tim infrastruktur IKN harus melibatkan ahli ekologi. "Mau tidak mau, kalau mau benar-benar baik, mereka harus melibatkan perguruan tinggi dan peneliti sehingga nanti dikasih masukan."
sumber : https://tekno.tempo.co/read/1851777/kembalikan-kejayaan-biodiversitas-di-ikn-guru-besar-konservasi-ui-usul-pembuatan-koridor-ekologi
0 Komentar