Darurat Sampah di Indonesia
Dewasa ini, sampah merupakan permasalahan yang sangat krusial dan harus segera ditangani tidak hanya oleh pemerintah melainkan juga oleh masyarakat luas. Menurut data KLHK 2023 dari website Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), masyarakat Indonesia menghasilkan 12,21 ton timbulan sampah setiap tahunnya. Bahkan sudah banyak pula TPA yang ditutup karena sudah tidak dapat menampung sampah akibat overcapacity. Dimana sebenarnya pemerintah sendiri telah berusaha untuk menangani 51% atau 6,23 ton dari timbulan sampah tersebut. Namun, hanya dapat mengurangi timbulan sampah sebesar 15,75% atau 1,92 ton.
Data tersebut juga menyatakan bahwa sumber tertinggi penghasil sampah adalah rumah-rumah warga, dimana menyumbang 37,9% dari timbulan sampah yang ada. Ini cukup memprihatinkan, mengingat bahwa rumah merupakan tempat awal untuk mengurangi adanya sampah.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa 40,5% timbulan sampah merupakan sampah sisa makanan. Menurut website Sustainable Waste Indonesia, sampah sisa makanan sudah bukan merupakan isu nasional melainkan telah menjadi isu global. Padahal sampah sisa makanan sendiri sebenarnya memiliki banyak manfaat yang dapat digunakan kembali untuk rumah tangga apabila diolah dengan baik.
Biogas
Salah satu manfaat dari pengolahan sampah sisa makanan adalah dapat menghasilkan energi biogas. Biogas merupakan energi alternatif yang didapatkan dari gas metana dari kotoran hewan ternak maupun sampah organik (sisa makanan) yang telah membusuk.
Biogas menjadi salah satu energi terbarukan yang ramah lingkungan. Energi alternatif ini mendukung Sustainable Development Goals poin ke-7, ke-11, dan ke-13. Dimana untuk SDGs poin ke- 7, biogas menjadi salah satu energi terbarukan yang murah, aman, dan mudah untuk didapatkan oleh semua lini masyarakat.
Dengan digunakannya biogas sebagai energi alternatif, polusi udara juga akan sangat berkurang. Hal ini dikarenakan gas metana yang dihasilkan oleh pembusukan sampah sisa makanan merupakan polusi udara yang apabila terus menerus dihirup oleh manusia akan berdampak sangat serius. Sehingga, dengan pengolahan gas metana menjadi biogas dapat mengurangi polusi udara dan menciptakan sustainable cities sesuai dengan SDGs poin ke-11. Penggunaan biogas sebagai salah satu energi terbarukan sendiri juga merupakan salah satu mosi pendukung SDGs poin ke-13. Dimana dengan mengganti penggunaan energi fosil menjadi biogas akan sangat mengurangi efek rumah kaca yang diakibatkan oleh gas metana. Sehingga, dapat menghindari terjadinya perubahan iklim di bumi.
Namun, untuk membuat biogas sederhana pada setiap rumah membutuhkan tempat yang cukup luas. Hal ini akan memakan tempat apabila di aplikasikan pada rumah-rumah di perkotaan. Padahal masyarakat perkotaan merupakan salah satu penghasil sampah sisa makanan terbanyak. Hal ini terjadi akibat perilaku konsumtif masyarakat perkotaan. Sehingga, untuk mensiasati hal tersebut dapat digunakan biogas komunal.
Biogas Komunal: Potensi Energi Terbarukan Skala Pemukiman Menuju Net Zero Emission
Biogas komunal sendiri merupakan pengolahan sampah organik terutama sisa makanan yang dibuang oleh masyarakat perkotaan menjadi energi yang dapat digunakan kembali oleh masyarakat. Dimana hal ini untuk mensiasati lahan perkotaan yang sempit. Sehingga pengolahan biogas dapat dibuat pada suatu tempat terpusat, seperti pada TPS (Tempat Pembuangan Sementara), rumah 3R, dan sebagainya. Keuntungan dari biogas komunal ini adalah sumber energi yang didapatkan akan jauh lebih besar. Hal ini dikarenakan sampah organik didapatkan dari beberapa rumah yang ada di area tersebut.
Biogas komunal telah diprakarsai warga RW 12 Kelurahan Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur. Seperti dilaporkan porosjakarta.com, mesin pengolah biogas diletakkan pada lahan kosong yang juga dijadikan sebagai tempat bank sampah. Fasilitas ini merupakan pendanaan dari CSR Perusahaan pertambangan yang sebelumnya warga telah diberikan pelatihan sehingga penggunaannya lebih efektif.
Pemanfaatan biogas komunal pada warga RW 12 Kelurahan Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur, berfokus pada pengolahan menjadi biogas untuk keperluan memasak warga sekitar. Dimana untuk 25 kilogram sampah didapatkan energi selama 3 jam nonstop untuk mengganti penggunaan gas LPG.
Penggunaan biogas komunal tidak hanya digunakan untuk keperluan memasak. Namun, dapat juga digunakan untuk energi listrik. Dimana pemerintah kota Surabaya, telah mengolah sampah organik yang didapatkan dalam sehari menjadi listrik sebesar 4 kilowatt dan dapat digunakan untuk penerangan taman kota Surabaya.
Hal ini juga menandakan bahwa biogas komunal merupakan potensi energi bersih terbarukan yang dapat digunakan untuk mengurangi emisi karbon dari pembakaran energi fosil. Sehingga, dapat membantu menyukseskan net zero emission 2050.
Alur Pengolahan Biogas Komunal
Alur pengolahan biogas komunal untuk keperluan memasak, akan lebih sederhana dibandingkan dengan alur pengolahan biogas komunal untuk energi listrik. Dimana pengolahan akan diawali dengan pencacahan sisa-sisa makanan untuk menyeragamkan bentuk menjadi lebih kecil. Dilanjutkan dengan fermentasi sampah oleh bakteri anaerob, sehingga akan tercipta gas metana yang akan ditampung. Dari tampungan yang berisi gas metana, akan dialirkan ke rumah-rumah warga untuk dijadikan biogas yang dapat digunakan untuk keperluan memasak.
Gambar 1. Alur Pengolahan Biogas Komunal untuk Keperluan Memasak
Untuk alur pengolahan biogas komunal sebagai energi listrik akan lebih kompleks, dikarenakan terdapat adanya konverter yang akan mengubah gas metana menjadi energi listrik. Menurut website EcoRanger, sebenarnya untuk mengisi daya diesel dapat langsung menggunakan biogas tanpa menggunakan konverter. Hanya saja ini akan membuthkan pekerjaan ekstra dalam membersihkan sambungan pada pemipaan menuju diesel.
Penutup
Biogas komunal sendiri merupakan fasilitas yang dibuat untuk mewadahi sampah organik terutama sisa makanan yang dibuang oleh masyarakat perkotaan. Sehingga, mengusung konsep “Bijak Sampah untuk Kita”. Dimana sampah tersebut akan diolah menjadi energi yang kemudian akan digunakan kembali oleh masyarakat, sehingga menciptakan net zero emission. Dalam pengolahannya sendiri masyarakat berperan penting untuk menggerakkan dan melaksanakan program biogas komunal ini agar dapat terselenggara dengan baik. Sehingga, diharapkan biogas komunal dapat menyukseskan Sustainable Development Goals poin ke-7, ke-11, dan ke-13.
sumber : https://rm.id/baca-berita/education/216958/biogas-komunal-potensi-energi-terbarukan-skala-pemukiman-menuju-net-zero-emissi
0 Komentar