Climate Change di depan mata, hadapi dengan biopori / sumur resapan



 Kemarin, menyempatkan diri melihat area PIK 2 yang sedang dikebut pengembangannya. Sudah berdiri banyak gedung dan tempat-tempat wisata serta bangunan di pinggir pantai. Jarak dari pantai hanya beberapa meter, dan dengan ketinggian 1-2 meter saja.

Lalu saya teringat, banyak berita terkait dengan kenaikan air laut secara global, yang pastinya juga akan mempengaruhi Jakarta dan Indonesia pada umumnya, yang memang memiliki area air yang sangat luas.

Apakah air laut saat ini naik?

Ya, permukaan air laut meningkat dengan kecepatan yang semakin meningkat. Dengan berlanjutnya pemanasan laut dan atmosfer, kemungkinan besar permukaan air laut akan naik selama berabad-abad dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan abad ini.

Kenaikan air laut secara global ini juga yang memicu banjir ROB yang sering kita dengar terjadi di utara Jakarta. Dan oleh karena itulah Jakarta disebut sebagai salah satu kota yang akan mudah tenggelam di masa mendatang. (berita Detik: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7246014/jakarta-jadi-kota-yang-paling-cepat-tenggelam-di-dunia-mengapa)

Tidak heran maka pemerintah kita mengambil upaya berani untuk memindahkan ibukota negara ke Nusantara di daerah Kalimantan.

Sebenarnya untuk kasus Jakarta, yang memiliki ketinggian 8m diatas permukaan laut, kasus kemungkinan "tenggelam"nya dapat terjadi oleh karena banyak hal, bukan hanya karena kenaikan air laut. Salah satunya adalah pengambilan air tanah yang tidak terkontrol.

Selain masalah polusi yang tengah melanda, ibu kota Jakarta juga tengah menghadapi ancaman tenggelam. Ancaman Jakarta tenggelam terutama dipicu tingginya penggunaan air tanah hingga terkikisnya permukaan daratan oleh gelombang laut, atau yang biasa dikenal dengan istilah abarasi

Data: kenaikan permukaan air laut, berdasarkan pengukuran satelit altimetri selama 20 tahun, di Jakarta mencapai 6 mm-1 cm per tahun

Bila bicara "root-cause" nya tentu urusannya adalah air dan pengambilan air tanah yang tidak bisa dikontrol. Maka tentu harus ada upaya lain mencegah ini, selain mendata penggunaan air tanah.

Salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk menghindari intrusi air laut adalah penggunaan sistem desalinasi yang mengurangi kemungkinan intrusi air laut tanpa harus mengeksploitasi air tanah. Singkatnya, desalinasi merupakan proses menghilangkan garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi.

Sumur Resapan

Terlepas dari kontroversi yang terjadi di Jakarta terkait istilah sumur resapan, sebenarnya konsep ini sangat bagus untuk diterapkan di lingkungan terkecil, bahkan rumah.

Sumur Resapan

Dengan mengimplementasikan sumur resapan di rumah, maka air dari talang dapat ditampung di dalam sumur yang dibuat serta meresap ke dalam tanah.

https://pusatkrisis.kemkes.go.id/membuat-sumur-resapan-solusi-atasi-banjir-di-lingkungan-rumah

Masalahnya sekarang, apakah kita mau membuatnya di lingkungan kita masing-masing ?

Kembali ke kasus Jakarta, Jakarta sendiri telah membangun sumur resapan di berbagai tempat. Dan ini diharapkan bisa membantu tanah agar bisa menyerap kembali air yang turun terutama di saat hujan.

https://news.detik.com/berita/d-5854957/spesifikasi-sumur-resapan-jakarta-digadang-cegah-banjir-serap-air

Tapi memang, tidak bisa mengharapkan sumur resapan bisa mengatasi banjir mendadak akibat curah hujan yang tinggi. Karena akan tetap diperlukan waktu agar tanah bisa menerima kembali air masuk ke dalam melalui sumur resapan yang ada.

Sederhananya, pembuatan sumur resapan sama seperti pembuatan sumur pada umumnya. Bedanya, lokasi yang dipilih sebaiknya berada di tempat yang muka air tanahnya relatif dalam. Jika dangkal, air tanah justru keluar, bukan meresap. Sumur resapan juga ditambahkan ijuk dan bebatuan di dasar sumur yang sedalam 3 meter dan diameter 70 cm. Fungsinya membantu filter air dan jadi media peresap. Lebih baik lagi jika menggunakan jenis sumur yang memiliki lubang-lubang di sekelilingnya sehingga proses peresapan air ke dalam tanah jadi lebih cepat. Foto: Pembangunan sumur resapan di Kantor BKAD Citra Suwu Sembada. (PkM Teknik Lingkungan Itera)Baca artikel detikedu, "Antisipasi Kemarau, Tim Itera & Warga Buat Sumur Resapan-Lubang Biopori" selengkapnya Detik : https://www.detik.com/edu/foto/d-6778741/antisipasi-kemarau-tim-itera-warga-buat-sumur-resapan-lubang-biopori.

Beberapa manfaat sumur resapan yaitu :

1. Mengurangi sedimentasi dan erosi tanah

2. Mengurangi aliran air di permukaan tanah sehingga dapat mencegah genangan air dan juga banjir.

3. Meningkatkan ketinggian permukaan air tanah.

4. Menjaga keseimbangan hidrologi dan mengurangi terjadinya intrusi air laut, terutama di wilayah yang dekat dengan daerah pantai.

5. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah

6. Mencegah terjadinya amblesan atau penurunan permukaan tanah (land subsidance) karena pori- pori tanah terisi air.

Jadi jangan ragu untuk membuat biopori atau sumur resapan di sekitar rumah anda. Karena ini untuk membantu kita semua.

sumber: https://www.linkedin.com/pulse/climate-change-di-depan-mata-hadapi-dengan-biopori-sumur-christian-dybcc

Posting Komentar

0 Komentar