Sektor transportasi terus berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara. Transportasi yang memungkinkan orang dan barang bergerak lebih mudah merupakan komponen penting masyarakat modern. Pada 2019, sektor transportasi di Indonesia dilaporkan menyumbang emisi CO2 sebesar 24,64% dengan peningkatan sebesar 7,17% setiap tahun. Sekitar 97% dari total berasal dari bahan bakar minyak [1].
Menteri Perhubungan RI (2022), menegaskan komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi dengan fokus pada pengembangan angkutan massal yang ramah lingkungan. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi polusi dan emisi karbon yang dihasilkan oleh transportasi [2]. Langkah ini sejalan dengan upaya Indonesia untuk mengejar target net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Dengan adanya pengembangan angkutan umum maka diperlukan juga kemudahan akses ke transportasi umum, yang memberikan peluang bagi pemerintah untuk merencanakan kembali fasilitas umum, seperti halte.
Desain Halte dan Permasalahannya
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 10 Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan, halte harus memiliki standar penerangan minimal 95%, nomor darurat untuk pengaduan, informasi keamanan, fasilitas kebersihan, dan tidak ada perbedaan lantai antara halte dan lantai bus [3].
Pengaturan prasarana halte harus memenuhi persyaratan. Pada kenyataannya, banyak halte yang tidak dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat karena penempatannya yang tidak sesuai yaitu jauh dari tempat tujuan, fasilitas kurang memadai, menjadi sasaran vandalisme, adanya pedagang kaki lima di halte dan lainnya. Sehingga perlu perancangan ulang desain halte dari berbagai aspek diantaranya, transfortasi, ekonomis, lingkungan, sosial maupun aspek arsitektur untuk mengoptimalkan fungsi halte.
Transisi Hijau dan Potensi Mikroalga
Transisi circular economy terhadap kebutuhan mendesak untuk mengembangkan sumber daya energi terbarukan menjadi semakin nyata. Biomassa memiliki kontribusi yang signifikan sebagai penyedia energi bersih [4]. Hal tersebut mendorong implementasi green technology yang diintegrasikan dalam infrastruktur. Mikroalga sebagai biomassa berbasis tanaman, memiliki potensi untuk menyerap CO2, dengan cara mengkonversi CO2 yang digunakan untuk proses fotosintesis menjadi O2 dan menghasilkan biomassa dari hasil fotosintesis [5,6]. Tingkat efisiensi mikroalga untuk fiksasi CO2 antara 10-50 kali lebih tinggi dari tumbuhan darat [7]. Hasil biomassa dapat dijadikan bioproduk seperti makanan, pupuk, pakan hewan serta menjadi sumber biodiesel, menunjukkan potensi besar untuk produksi energi terbarukan [4].
Jenis Spirulina sp. dipilih dalam penelitian ini, karena memiliki penyerapan CO2 yang optimal dan kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan Chlorella vulgaris dan Chlamydomonas sp. [8]. Hal tersebut dibuktikan dengan efektifitas Siklus Carbonic Anhydrase dalam memanfaatkan karbonat (HCO3-) sebagai sumber karbon [9].
Konsep Desain Fotobioreaktor Model Halte
Fotobioreaktor (FBR) adalah wadah untuk menumbuhkan mikroalga dan menghasilkan biomassa dengan sistem terbuka atau tertutup. Sistem tertutup lebih efisien dalam meningkatkan pertumbuhan kultur karena mencegah pertukaran gas dengan lingkungan luar dan risiko kontaminasi oleh polutan. Dipilihnya bentuk panel datar, dirancang untuk memaksimalkan area pencahayaan per volume dan mengoptimalkan penerangan sel secara efisien, juga memastikan hasil fotosintesis maksimal dari mikroorganisme fototrofik. Selain itu, desain ini efisien dalam penggunaan lahan, biaya dan energi [10].
Proyek seperti BIQ building, Green Loop, dan Process Zero Concept menunjukkan potensi FBR untuk mengurangi emisi CO2 dan meningkatkan kualitas udara [4]. Konsep desain Green Technology-Integrated, menggabungkan fotobioreaktor berbasis mikroalga yang terintegrasi dalam infrastruktur model halte dapat diimplementasikan.
Rancangan Desain Awal dan Perumusan Masalah
Rancangan FBR model halte dengan tujuan kemudahan aksesibilitas, intermodalitas, kenyamanan, keamanan, dan estetika kota bagi masyarakat umum sekaligus dapat mengurangi emisi karbon diperlukan. Rancangan desain Halte-FBR memiliki fasilitas diantaranya pencahayaan lampu, bangku, sistem keamanan memakai CCTV, tempat akses disabilitas dibuat landai, penyediaan USB Charging Ports untuk pengisian daya ponsel seluler, papan display informasi (mengenai nomor darurat pengaduan, informasi keamanan, jadwal dan informasi trayek, informasi waktu), dan fasilitas kebersihan (tempat sampah). Penggunaan smart energy dengan panel surya bertegangan tinggi untuk sumber daya listrik operasi FBR, lampu, charging ports, dan penggunaan daya listrik lainnya.
Rancangan Struktural dan Fungsional
Secara struktural, komponen instalasi halte seperti bangku, tempat sampah, papan rute transfortasi, USB Charging Ports, dan CCTV. Komponen instalasi FBR panel datar dari kaca akrilik dengan air, mikroalga dan nutrien kapasitas 600 liter, pump, keran, lampu, sparger dan outlet pipe. Secara fungsional, FBR dirancang dengan fungsi utama penyerapan CO2, melakukan fotosintesis, menghasilkan O2 dan biomassa. Udara dan CO2 yang masuk ke FBR oleh pump, disuspensikan dari gas ke cair oleh sparger.
Pemanenan biomassa mikroalga dilakukan setelah 60 hari operasi dengan metode batch melalui outlet pipe dan air dalam bak diperbaharui dengan penambahan air dan nutrien. O2 yang dihasilkan keluar melalui lubang udara (Air outlet). Sistem Halte-FBR dilengkapi panel surya dibagian atas berfungsi untuk menangkap energi matahari, mengubahnya menjadi listrik. Listrik ini digunakan untuk menggerakkan pompa untuk memasukkan udara ke dalam bak, menyediakan pengisian untuk ponsel seluler dan memberikan pencahayaan pada malam hari.
Gambar 1. Desain FBR Mikroalga model halte
Gambar 2. Operasi bak FBR Mikroalga tampak belakang
Konsep halte dengan implementasi green technology fotobioreaktor mikroalga dapat menjadi gagasan inovasi untuk merancang desain halte FBR mikroalga sebagai dasar perencanaan pembangunan berkelanjutan untuk Indonesia menuju net zero emission.
sumber : https://rm.id/baca-berita/ekonomi-bisnis/217004/halte-green-technologyintegrated-menuju-indonesia-net-zero-emission
0 Komentar