Jakarta - Humas BRIN. Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Amarulla Octavian mengatakan bahwa BRIN terlibat aktif dalam berbagai penelitian yang bertujuan untuk memfasilitasi transisi menuju nol emisi karbon (Net Zero Emission) di berbagai sektor. Hal itu diungkapkannya saat membuka kegiatan Lecture Series bertema "Energy Transition Towards Zero Emissions" yang dilaksanakan oleh Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Selasa (23/4).
Amarulla menyebutkan bahwa BRIN memiliki Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan yang melakukan kajian untuk mendukung upaya penurunan emisi. Salah satu studi menyoroti peningkatan signifikan dalam aspek akseptabilitas yang disebabkan oleh penurunan intensitas emisi dibandingkan dengan penurunan biaya keterjangkauan akibat harga energi yang lebih tinggi.
"Berdasarkan analisis tersebut, BRIN telah memberikan rekomendasi kepada kementerian dan lembaga terkait untuk mengantisipasi dampak program net zero emisi," tandas Rektor Unhan periode 2020-2023.
Menurut Amarulla, rangkaian Lecture Series yang menghadirkan dua pembicara dari Technische Universiteit Delft (TU Delft) ini akan membuka perspektif baru dalam meningkatkan strategi kebijakan dan arah penelitian mengenai emisi nol bersih. Dia juga mengapresiasi TU Delft yang juga terlibat dalam kolaborasi masa depan dengan BRIN untuk mengatasi dampak perubahan iklim. "Kolaborasi tersebut dapat mencakup pertukaran kemitraan penelitian peneliti postdoctoral antara TU Delft dan BRIN atau mahasiswa di TU Delft," katanya.
Sebagaimana diketahui, Indonesia menunjukkan komitmen yang serius dalam mengatasi perubahan iklim, yang dicontohkan dengan penerapan Rencana Aksi Nasional untuk Perubahan Iklim dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca sejak tahun 2011. Kementerian, lembaga, hingga pemerintah daerah telah secara konsisten melaksanakan rencana ini.
Rencana Penurunan Emisi tersebut selanjutnya disempurnakan dan dituangkan dalam Kontribusi Nasional yang Ditentukan atau Nationally Determined Contribution (NDC) Pertama pada tahun 2016, yang kemudian diperbarui pada tahun 2021. Pada tahun 2022, Indonesia mengajukan NDC yang disempurnakan dengan tujuan penurunan emisi yang lebih besar sebesar 31,89% dibandingkan sebelumnya.
Peningkatan NDC ini, lanjut Amarulla, juga merupakan transisi menuju NDC kedua di Indonesia, yang akan selaras dengan Strategi Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim Jangka Panjang tahun 2050 dan bertujuan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat lagi.
Target Penurunan Emisi Nasional digambarkan dengan mempertimbangkan penurunan emisi sektoral. Sektor hutan dan penggunaan atau volume lahan lainnya diharapkan berfungsi sebagai penyerap karbon yang memfasilitasi pencapaian emisi nol bersih Indonesia pada tahun 2060.
"Di dalam negeri, sektor energi merupakan penghasil emisi terbesar di Indonesia. Emisi dari sektor energi berasal dari transportasi industri dan penggunaan energi di sektor rumah tangga, komersial, dan sektor lainnya. Pembangkit listrik diperkirakan akan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060," jelas Amarulla.
Amarulla menegaskan bahwa Indonesia telah menyiapkan peta jalan dekarbonisasi nol emisi bersih tahun 2060 untuk memenuhi komitmen Perjanjian Paris. Salah satunya dengan merencanakan karbonisasi mendalam pada masa transisi energi dengan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% per tahun atau lebih.
Peta jalan emisi nol bersih tahun 2060 akan menjadi perpanjangan NDC di mana mitigasi emisi gas rumah kaca setelah tahun 2030 akan didekarbonisasi. Hal ini mencakup penerapan sistem energi yang lebih efisien, energi terbarukan, energi nol atau rendah emisi, dan teknologi penyimpanan dan pemanfaatan CO2, serta memprioritaskan pengurangan batu bara secara bertahap. (jml)
sumber : https://www.brin.go.id/news/118225/komitmen-atasi-perubahan-iklim-brin-dukung-kebijakan-net-zero-emission-2060
0 Komentar