Sekolah Unggulan di Mortai Tidak Maksimal

 Pemda Pulau Morotai menutup beberapa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) untuk mendukung pembangunan sekolah unggulan.

Keputusan ini memicu keluhan dari warga, yang merasa relokasi siswa dan tenaga pendidik ke sekolah baru yang lebih jauh mengganggu proses belajar mengajar, terutama bagi siswa di jenjang pendidikan dasar.

Maria, seorang warga Desa Aru, Kecamatan Morotai Jaya, menyampaikan bahwa penutupan SD di desanya memaksa anak-anak mereka dipindahkan ke sekolah unggulan di Desa Pangeo.

"Sekolah SD ini ditutup, jadi anak-anak kami dipindahkan ke Desa Pangeo. Padahal, kalau sekolah di sini, kami bisa langsung memantau dan mengontrol anak-anak kami, terutama yang masih kelas I," ujarnya pada Rabu, 23 Oktober 2024.

Menurut Maria, relokasi ini menyebabkan banyak siswa tidak dapat bersekolah secara optimal.

"Pernah suatu waktu, bus sekolah mogok di tengah jalan, jadi anak-anak harus berjalan kaki sangat jauh. Rutenya berbahaya, harus melewati pantai yang rawan, termasuk jurang, dan mereka juga harus menyeberangi sungai," katanya.

Jika bus sekolah mengalami kendala dan tidak dapat beroperasi, para siswa terpaksa absen hingga layanan transportasi kembali normal.

Keluhan serupa disampaikan oleh Esele, warga lain yang menyayangkan kualitas pendidikan di sekolah unggulan yang tidak sesuai harapan.

"Sekolah ini disebut unggulan, tapi kualitasnya tidak unggul. Kalau guru-gurunya berkualitas, itu baru masuk akal," keluhnya.

Esele dan sejumlah warga lainnya terus berupaya agar SD di Desa Aru dapat difungsikan kembali. Mereka menyampaikan aspirasi tersebut kepada beberapa pasangan calon bupati.

"Kami sudah mengusulkan kepada semua kandidat, baik Rusli-Rio maupun Syamsudin Banyo-Judi E Dadana, kecuali kepada Deny Garuda. Siapa pun yang terpilih nanti, kami berharap sekolah ini dapat dibuka kembali," ujarnya.

Lebih lanjut, Esele menambahkan bahwa SD Inpres Desa Aru sudah tidak berfungsi selama sekitar empat tahun sejak dibangunnya SD Unggulan di Desa Pangeo.

"Bangunan sekolah kini sudah rusak karena tidak lagi digunakan," tandasnya.

Kondisi Fasilitas dan Kendala Operasional di SD Negeri Unggulan 7 Pangeo, Morotai

SD Negeri Unggulan 7 Desa Pangeo, Kecamatan Morotai Jaya, Maluku Utara, mengalami masalah serius dengan enam ruang kelas yang tidak dapat difungsikan akibat plafon yang ambruk. Pembangunan ruang kelas ini baru selesai dalam tiga tahun terakhir.

Pantauan media menunjukkan bahwa sejumlah ruang kelas bolong karena plafon dari gypsum lembab akibat bocor pada atap. Dari enam ruang kelas, tiga sudah direhab tetapi belum difungsikan, sementara tiga lainnya belum direhab dan sejumlah perabot dibiarkan terbengkalai.

Kepala SD Negeri Unggulan 7, Riksan Ahmad, mengungkapkan bahwa meskipun renovasi pada tiga ruang kelas telah dilakukan pada 2023, beberapa masih mengalami kebocoran. Riksan menyatakan rencana untuk merenovasi lima ruangan pada 2024, namun saat ini hanya dua yang sudah dibongkar.

Kondisi gedung SD Negeri Unggulan Pangeo Morotai. Foto: Maulud

Selain masalah bangunan, Riksan juga menyoroti kendala anggaran untuk bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan untuk transportasi sekolah. Pada 2024, satu unit bus dibiayai melalui Dana BOS, sementara satu unit lainnya masih menjadi tanggung jawab dinas. Kebutuhan BBM sering kali terpaksa diambil dari anggaran Dana BOS, yang mengakibatkan kegiatan belajar terpaksa diliburkan jika BBM habis.

SD Negeri Unggulan 7 memiliki 14 guru dengan hampir 200 siswa dari beberapa desa. Seorang guru mengeluhkan bahwa biaya perawatan sekolah, termasuk BBM, sering kali diragukan meskipun diperlukan. Kondisi ruangan guru yang baru direnovasi juga mengalami kerusakan akibat bocor.


Sumber: https://halmaherapost.com/2024/10/24/sekolah-unggulan-di-morotai-tidak-maksimal/2/

Posting Komentar

0 Komentar