Smart City di Indonesia: Sejarah, Tantangan dan Peluang


 

Perkembangan smart city di Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan dalam sepuluh tahun terakhir, seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Konsep smart city, yang awalnya diperkenalkan untuk mengatasi tantangan perkotaan di berbagai belahan dunia, kini semakin relevan di Indonesia sebagai solusi untuk mengelola pertumbuhan kota yang cepat dan kompleks. Di tengah lonjakan jumlah penduduk dan urbanisasi yang semakin pesat, kebutuhan akan sistem kota yang lebih efisien, terintegrasi, dan berkelanjutan menjadi semakin mendesak.

Smart city, atau kota pintar, adalah suatu konsep yang mengedepankan pemanfaatan TIK untuk mengoptimalkan pengelolaan kota dan meningkatkan kualitas hidup warganya. Dalam konteks Indonesia, penerapan smart city bertujuan untuk mendorong kota-kota di seluruh negeri agar dapat memanfaatkan teknologi digital untuk mengatasi berbagai permasalahan yang khas di masing-masing kota. Setiap kota memiliki tantangan yang berbeda, mulai dari kemacetan, pengelolaan sampah, hingga pemenuhan kebutuhan dasar.

Dengan teknologi yang tepat, berbagai permasalahan ini dapat diatasi dengan cara yang lebih efisien dan efektif. Selain itu, perkembangan teknologi informasi yang pesat di sektor pemerintahan, bisnis, dan masyarakat telah menciptakan peluang untuk mengimplementasikan smart city di Indonesia. Masyarakat perkotaan, yang sudah lebih familiar dengan penggunaan teknologi digital, dianggap lebih siap untuk memanfaatkan inovasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mendorong kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung untuk mulai mengintegrasikan TIK dalam sistem pemerintahan dan layanan publik mereka, guna meningkatkan efisiensi dan transparansi (Khamaludin et al., 2024).

Tujuan utama dari smart city adalah untuk menciptakan kota yang tidak hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan berbagai aplikasi teknologi, seperti sistem transportasi pintar, pengelolaan energi yang lebih baik, serta pemantauan kualitas udara dan air secara real-time, smart city berusaha menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi penghuninya. Di sisi lain, konsep ini juga mengintegrasikan aspek sosial dan ekonomi, dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat, peningkatan kualitas hidup, dan penciptaan lapangan kerja baru di sektor digital.

Smart city juga bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan publik melalui penggunaan data dan analisis berbasis teknologi. Misalnya, penggunaan aplikasi untuk mempermudah akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, pendidikan, atau transportasi. Selain itu, integrasi berbagai sistem kota, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik, akan memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat oleh pemerintah kota, sehingga dapat menciptakan respons yang lebih baik terhadap kebutuhan warga.

Namun, meskipun penerapan smart city menawarkan banyak peluang, tantangan besar. Setiap kota harus menyesuaikan implementasi smart city dengan karakteristik dan kebutuhan spesifiknya, karena tidak ada pendekatan yang “one-size-fits-all”. Meskipun demikian, langkah awal yang telah diambil oleh sejumlah kota besar di Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat untuk menciptakan kota-kota yang lebih cerdas, efisien, dan ramah lingkungan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia di masa depan (H. Putri et al., 2023).

Sejarah Istilah smart city

Konsep smart city, atau kota pintar, pertama kali diciptakan oleh perusahaan International Business Machines (IBM) pada tahun 1990-an. Sebelumnya, para ahli telah mendiskusikan istilah ini dengan nama digital city. IBM mendefinisikan smart city sebagai kota yang instrumennya saling terhubung dan berfungsi secara cerdas, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat (Khamaludin et al., 2024).

Sebelum IBM, proyek-proyek awal yang berkaitan dengan pengumpulan data perkotaan, seperti proyek A Cluster Analysis of Los Angeles pada tahun 1970-an, telah menunjukkan potensi penggunaan teknologi untuk analisis kota. Proyek ini mengawali penggunaan teknologi komputer dalam pengumpulan data demografis dan kualitas perumahan untuk mengatasi kemiskinan (Sofa, 2023). Sejak saat itu, berbagai penelitian dan inisiatif telah dilakukan oleh organisasi dan perusahaan lain, seperti Cisco dan proyek IBM Smarter Planet, yang berfokus pada penerapan teknologi untuk solusi perkotaan. Konsep smart city terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan masyarakat akan pengelolaan kota yang lebih baik (Puspitasari, 2021).

Boyd Cohen adalah seorang peneliti dan profesor yang berfokus pada konsep smart city dan telah berkontribusi signifikan dalam pengembangan pemikiran tentang kota pintar. Ia terkenal karena menciptakan Smart City Wheel, sebuah kerangka kerja yang mengidentifikasi enam komponen penting dari smart city: Smart Economy, Smart People, Smart Governance, Smart Mobility, Smart Environment, dan Smart Living. Konsep ini membantu dalam memahami bagaimana berbagai elemen saling terkait dan berkontribusi pada pengelolaan kota yang lebih baik dan berkelanjutan(H. Putri et al., 2023).

Cohen membedakan tiga generasi smart city:
1. Smart City 1.0: Technology Driven. Ini adalah fase awal yang didominasi oleh teknologi dan dipimpin oleh penyedia layanan. Inisiatif ini berfokus pada penerapan teknologi tanpa banyak keterlibatan masyarakat.
2. Smart City 2.0: Technology enabled, city-led. Pada tahap ini, kota-kota mulai dipimpin oleh pemerintah lokal yang proaktif dalam menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup warganya. Contoh notable dari fase ini termasuk proyek di Rio de Janeiro yang melibatkan jaringan sensor untuk mitigasi risiko bencana.
3. Smart City 3.0: Citizen co-creation. Fase ini menekankan pada keterlibatan warga dalam proses pengambilan keputusan dan inovasi. Di sini, kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan solusi yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan lokal.

Pergeseran dari Smart City 1.0 ke 3.0 menunjukkan evolusi dari pendekatan yang didominasi oleh teknologi menuju model kolaboratif yang lebih inklusif, di mana warga memiliki peran penting dalam membentuk masa depan kota mereka. Smart city kini menjadi isu utama dalam pengembangan kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan semakin kompleksnya urbanisasi, konsep ini memberikan solusi untuk menciptakan kota yang lebih efisien, aman, dan nyaman bagi penghuninya. Di Indonesia, beberapa kota besar telah mulai mengimplementasikan inisiatif smart city ini.

Peluang Smart City di Indonesia

Peluang pengembangan smart city di Indonesia sangat besar, didorong oleh beberapa faktor kunci yang menciptakan lingkungan yang kondusif untuk transformasi perkotaan. Berikut adalah beberapa peluang utama:
1. Pertumbuhan Ekonomi Digital, Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam ekonomi digital, dengan meningkatnya jumlah pengguna internet. Hal ini membuka peluang besar untuk memanfaatkan teknologi dalam pengembangan kota pintar, yang dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan publik (G. Putri, 2024)
2. Dukungan Pemerintah, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program “Gerakan Menuju 100 Smart City”, yang bertujuan untuk mendorong kota-kota di seluruh Indonesia mengadopsi teknologi modern. Program ini melibatkan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta untuk mempercepat transformasi digital.
3. Urbanisasi yang cepat, Dengan lebih dari 56% populasi Indonesia tinggal di kawasan urban, urbanisasi menjadi tantangan sekaligus peluang. Smart city dapat menawarkan solusi untuk masalah perkotaan seperti kemacetan lalu lintas, polusi, dan kebutuhan infrastruktur yang semakin meningkat.
4. Inovasi Lokal, Banyak startup teknologi dan universitas di Indonesia telah mengembangkan solusi berbasis Internet of Things (IoT) dan Kecerdasan Buatan (AI) yang mendukung inisiatif smart city. Inovasi ini dapat membantu kota-kota dalam mengelola sumber daya secara lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
5. Integrasi Teknologi 5G dan AI, Pengembangan jaringan 5G di Indonesia akan meningkatkan konektivitas dan mendukung penerapan teknologi AI dalam analisis data dan prediksi, yang sangat penting bagi pengelolaan kota pintar di masa depan.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara dengan smart city yang sukses. Dengan memanfaatkan peluang yang ada dan mengatasi tantangan yang dihadapi, konsep smart city dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat Indonesia.

Tantangan Pengembangan Smart City di Indonesia

Dengan dukungan pemerintah, pertumbuhan ekonomi digital, serta inovasi lokal yang terus berkembang, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan smart city (Mahayani, 2024). Meskipun ada tantangan seperti keterbatasan anggaran dan infrastruktur digital, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dapat menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan smart city yang efisien dan berkelanjutan.

1. Infrastruktur yang Belum Memadai, Ketersediaan infrastruktur digital, seperti jaringan internet yang stabil dan perangkat teknologi yang memadai, sangat penting untuk mendukung penerapan Smart City. Banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah terpencil, masih mengalami kesulitan dalam hal ini.
2. Rendahnya Literasi Teknologi di Masyarakat, Kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) masih rendah. Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan warga untuk memanfaatkan layanan yang ditawarkan oleh Smart City secara optimal
3. Kesiapan Pemerintah dan Sumber Daya Manusia (SDM), Kesiapan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan program Smart City sangat penting. Namun, banyak pemerintah setempat belum memiliki SDM yang terampil dalam teknologi dan manajemen kota, yang menjadi penghalang dalam pengembangan.
4. Keterbatasan Anggaran, Pengembangan Smart City memerlukan investasi besar, namun banyak kota di Indonesia masih bergantung pada anggaran terbatas. Hal ini menyulitkan pelaksanaan proyek-proyek yang diperlukan untuk mewujudkan kota pintar.
5. Privasi dan Keamanan Data, Dengan pengumpulan data besar-besaran dari warga, perlindungan privasi dan keamanan data menjadi isu kritis. Kepercayaan publik terhadap pengelolaan data harus dibangun agar masyarakat mau berpartisipasi dalam inisiatif Smart City.
6. Koordinasi Antara Sektor Publik dan Swasta, Kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta sering kali kurang terjalin dengan baik. Keterbatasan dalam berbagi data dan standar operasional dapat menghambat integrasi sistem yang diperlukan untuk Smart City
7. Perbedaan Politik dan Kebijakan, Dinamika politik dapat mempengaruhi keberlangsungan proyek Smart City. Proyek besar sering kali memerlukan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, dan perbedaan kepentingan dapat menjadi penghalang.

Meskipun tantangan-tantangan ini signifikan, peluang untuk mengembangkan Smart City di Indonesia tetap ada, terutama dengan dukungan dari pemerintah dan kemitraan dengan sektor swasta. Namun, penerapan smart city bukanlah hal yang mudah karena setiap kota memiliki tantangan yang berbeda-beda. Program smart city yang diterapkan di satu kota belum tentu dapat diterapkan di kota lain. Dengan pendekatan yang tepat, termasuk peningkatan literasi teknologi masyarakat, investasi infrastruktur yang memadai, serta perlindungan data yang kuat, Indonesia dapat mewujudkan kota pintar yang berkelanjutan dan efisien di masa depan.

Sumber:

Khamaludin, K., Angellia, F., Mandowen, S. A., Windyasari, V. S., Priyatno, A. M., Manurung, H. E., Yuniansyah, Y., Amalia, A., Febrianto, R. W., & Judijanto, L. (2024). SMART CITY: Teori dan Penerapan. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.
Mahayani, N. M. H. (2024). Evaluasi Implementasi Smart City Di Indonesia: Tantangan Teknologi Dan Keberlanjutan : Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal http://governance.lkispol.or.id/index.php/description/article/view/209
Puspitasari, C. (2021). Sejarah dan Konsep Smart City dalam Dunia Teknologi Informasi. Binus University. https://binus.ac.id/malang/2021/04/sejarah-dan-konsep-smart-city-dalam-dunia-teknologi-informasi/
Putri, G. (2024). Smart City di Indonesia: Peluang, Implementasi, dan Tantangan dalam Pengembangan Kota Modern. Flux.
Putri, H., Sutabri, T., Hariani, N. P., & Febrianti, T. (2023). Implementasi Smart City Dalam Konteks Indonesia: Tantangan dan Peluang. IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary, 1(6), 2496–2501.
Sofa, A. (2023). Kenali Smart City, Definisi dan Pengertiannya. Jakarta Smart City.


Sumber: https://babel.terbitan.com/2024/11/25/smart-city-di-indonesia-sejarah-tantangan-dan-peluang/

Posting Komentar

0 Komentar