Integrated City Planning (ICP) adalah pendekatan perencanaan kota yang mengintegrasikan berbagai aspek seperti transportasi, perumahan, infrastruktur, ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan untuk menciptakan kota yang efisien, ramah lingkungan, dan nyaman bagi warganya.
Menurut Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pada tahun 2024, telah ditargetkan 10 kota pilot yang mewakili wilayah-wilayah strategis di Indonesia, seperti Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara.
Kota-kota yang dipilih adalah Bukittinggi, Belitung, Semarang, Samarinda, Pontianak, Morowali, Konawe, Ambon, Weda, dan Sorong. Pemilihan 10 kota pilot didasarkan pada lima indikator utama untuk memastikan keberhasilan implementasi ICP di kota-kota yang dipilih.
Kriterianya adalah potensi ekonomi, kebutuhan infrastruktur, dan kesesuaian dengan visi pembangunan jangka panjang Indonesia.
Apa yang Akan Dibangun dan Dikembangkan?
Dalam program Integrated City Planning (ICP), berbagai elemen pembangunan dan pengembangan dirancang untuk mendukung kota-kota pilot menjadi lebih berkelanjutan, layak huni, dan berdaya saing. Salah satu fokus utama adalah pembangunan infrastruktur transportasi yang terintegrasi.
Kota-kota ini akan dilengkapi dengan sistem transportasi publik modern seperti jaringan kereta api ringan, bus rapidtransit, dan jalur sepeda.
Hal ini dirancang untuk meningkatkan mobilitas warga, mengurangi kemacetan, dan mendukung pola hidup urban yang ramah lingkungan.
Selain itu, infrastruktur dasar seperti sistem pengelolaan air bersih dan sanitasi akan diperkuat untuk mengantisipasi kebutuhan penduduk yang terus meningkat akibat urbanisasi. Pengelolaan limbah terintegrasi juga menjadi prioritas untuk menciptakan kota yang bersih dan sehat, termasuk rencana pengoperasian fasilitas pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di beberapa kota pilot.
Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal, pengembangan kawasan ekonomi terpadu akan difokuskan pada sektor unggulan masing-masing kota, seperti pariwisata, industri kreatif, atau manufaktur.
Kawasan ini dirancang untuk mendukung pertumbuhan lapangan kerja dan daya saing lokal, sejalan dengan potensi geografis dan budaya setiap kota.
Dalam hal keberlanjutan lingkungan, ruang hijau akan diperluas melalui pembangunan taman kota, kawasan konservasi, dan infrastruktur berbasis energi terbarukan seperti solar panel.
Revitalisasi kawasan permukiman juga menjadi bagian penting dari program ini. Permukiman kumuh akan diubah menjadi lingkungan yang layak huni dengan fasilitas dasar yang memadai, termasuk akses air bersih dan listrik.
Di sisi lain, pembangunan perumahan terjangkau juga akan didorong untuk mendukung masyarakat berpenghasilan rendah. Kota-kota pilot juga akan mengadopsi teknologi smart city, seperti sistem pengelolaan lalu lintas berbasis data dan platformdigital untuk pelayanan publik.
Hal ini tidak hanya akan meningkatkan efisiensi pengelolaan kota, tetapi juga memperbaiki kualitas hidup warganya secara keseluruhan.
Dengan pendekatan tersebut, setiap kota pilot diharapkan dapat menjadi model perencanaan perkotaan yang terintegrasi, memberikan inspirasi, dan panduan bagi kota-kota lain di Indonesia untuk mengatasi tantangan urbanisasi secara holistik dan berkelanjutan.
Tantangan Integrated City Planning (ICP)
Tantangan dalam implementasi Integrated City Planning (ICP) di 10 kota pilot Indonesia cukup kompleks, mengingat keberagaman kondisi geografis, sosial, dan ekonomi masing-masing kota.
Salah satu tantangan utama adalah koordinasi antarberbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat. Perbedaan prioritas antara tingkat pemerintahan pusat dan daerah sering kali menyebabkan perencanaan yang tidak sepenuhnya terintegrasi.
Selain itu, dalam beberapa kota, tantangan infrastruktur yang sudah tua atau terbatas menjadi hambatan besar, terutama dalam hal transportasi dan pengelolaan limbah yang memerlukan pembaruan besar.
Kota-kota dengan pertumbuhan penduduk yang cepat sering kali menghadapi kesulitan dalam menyediakan perumahan terjangkau dan infrastruktur dasar yang memadai. Pembangunan perumahan harus disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan keinginan untuk mempertahankan kawasan hijau di tengah pesatnya urbanisasi.
Selain itu, integrasi teknologi smart city dan sistem digital dalam pengelolaan kota menuntut adanya peningkatan kapasitas sumber daya manusia, yang di beberapa daerah masih terbatas.
Sektor ekonomi lokal yang beragam juga memunculkan tantangan tersendiri, terutama dalam menciptakan kawasan ekonomi yang sesuai dengan potensi kota, seperti pariwisata di kota-kota pesisir atau industri di kawasan dengan basis ekonomi tradisional.
Dibutuhkan perencanaan yang lebih spesifik untuk menanggulangi masalah seperti ketergantungan pada satu sektor ekonomi atau ketidakseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
Selain itu, dalam aspek keberlanjutan, kota-kota pilot harus menghadapi tantangan dalam pengelolaan sumber daya alam dan pengurangan dampak perubahan iklim. Implementasi teknologi hijau dan sistem energi terbarukan memerlukan investasi yang besar, yang belum tentu mudah diakses oleh semua kota.
Dengan berbagai tantangan ini, kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat sangat penting untuk kesuksesan ICP di kota-kota pilot Indonesia
Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/12/10/integrated-city-planning-di-indonesia-tantangan-dan-peluang-di-10-kota-pilot
0 Komentar