Implementasi Generative AI di Indonesia menghadapi beberapa kendala utama, baik dari sisi teknologi, regulasi, sumber daya manusia, hingga adopsi pasar. Berikut adalah beberapa tantangan yang sering muncul:
1. Regulasi dan Kepatuhan Hukum
- Ketidakjelasan regulasi: Pemerintah masih dalam tahap perumusan regulasi terkait AI, termasuk aspek perlindungan data pribadi dan etika penggunaan AI.
- Kepatuhan terhadap UU PDP (Perlindungan Data Pribadi): Generative AI sering membutuhkan data besar untuk dilatih, yang bisa menimbulkan masalah kepatuhan terhadap UU PDP.
- Larangan atau pembatasan AI di sektor tertentu: Beberapa sektor, seperti keuangan dan pemerintahan, memiliki regulasi ketat terkait penggunaan AI.
2. Infrastruktur Teknologi
- Kurangnya akses ke GPU dan computing power: Model AI generatif memerlukan infrastruktur komputasi tinggi yang masih mahal dan terbatas di Indonesia.
- Ketergantungan pada cloud asing: Banyak perusahaan masih mengandalkan layanan cloud dari luar negeri seperti AWS, Google Cloud, atau Azure, yang bisa menimbulkan risiko terkait data sovereignty.
3. SDM dan Keahlian Teknologi
- Kurangnya talenta AI lokal: Indonesia masih kekurangan talenta AI yang memahami teknologi generative AI secara mendalam.
- Kurangnya riset AI lokal: Universitas dan lembaga penelitian di Indonesia masih tertinggal dalam pengembangan AI generatif dibanding negara maju.
4. Adopsi dan Kepercayaan Pasar
- Kurangnya pemahaman di industri: Banyak perusahaan belum memahami manfaat AI generatif dan masih ragu untuk mengadopsinya.
- Kekhawatiran terhadap hasil AI: Ada kekhawatiran terkait bias AI, kualitas output yang tidak selalu akurat, serta potensi penyebaran informasi palsu (deepfake).
- Keamanan dan privasi: Risiko kebocoran data dan penyalahgunaan AI dalam serangan siber menjadi perhatian utama.
5. Biaya Implementasi yang Tinggi
- Investasi awal yang besar: Pengembangan dan implementasi AI generatif membutuhkan investasi besar, baik dalam infrastruktur maupun pengembangan model.
- ROI yang belum jelas: Banyak bisnis masih mempertimbangkan apakah investasi dalam AI generatif benar-benar memberikan keuntungan jangka panjang.
6. Kendala Bahasa dan Budaya
- Keterbatasan AI dalam memahami bahasa Indonesia: Model AI generatif sering lebih dioptimalkan untuk bahasa Inggris, sehingga AI lokal masih harus banyak dikembangkan.
- Norma sosial dan budaya: Penggunaan AI dalam konteks budaya Indonesia masih perlu disesuaikan agar diterima oleh masyarakat luas.
Solusi dan Peluang
Meskipun ada tantangan, peluang pengembangan Generative AI di Indonesia tetap besar, terutama dengan:
- Dukungan pemerintah dalam bentuk regulasi dan insentif AI.
- Investasi di bidang AI oleh perusahaan teknologi dan startup lokal.
- Peningkatan pendidikan dan pelatihan AI untuk mencetak lebih banyak talenta.
- Penggunaan AI generatif dalam berbagai sektor seperti e-commerce, layanan pelanggan, media, dan pemerintahan.
Dalam era Artificial Intelligence (AI) yang semakin canggih, Large Language Models (LLMs) telah menjadi kunci untuk mengembangkan Generative AI (GenAI) yang lebih cerdas dan efektif. Namun, pengembangan LLMs yang besar dan kompleks memerlukan infrastruktur yang kuat dan fleksibel.
Solusi Phison aiDAPTIV+ hadir untuk membuka potensi LLMs dalam GenAI. Hari, Tanggal : Kamis, 13 Maret 2025 Jam : 14:00 – 15:00 WIB
Narasumber : 1. Emily How – Vice President Business Operations, Maistorage Technology 2. Law Kin Fong – AI Team Lead, Maistorage Technology 3. Fareezy Fahmy Helmy – AI Engineer, Maistorage Technology
Moderator : Fanky Christian, Sekjen APTIKNAS
Registrasi segera di : https://s.id/EC13Mar25
Kami tunggu kehadiran anda.
0 Komentar