Making Indonesia 4.0 Tak Kalah dari Super Smart Society 5.0

Program Making Indonesia 4.0 dinilai tidak kalah dari konsep konsep Super Smart Society 5.0 yang digadang-gadang Jepang sebagai lompatan baru di dunia teknologi dan informasi yang mengubah tatanan kehidupan.
JAKARTA — Program Making Indonesia 4.0 dinilai tidak kalah dari konsep konsep Super Smart Society 5.0 yang digadang-gadang Jepang sebagai lompatan baru di dunia teknologi dan informasi yang mengubah tatanan kehidupan.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, program Making Indonesia 4.0 yang diperkenalkan sejak April 2018 merupakan peta jalan yang terintegrasi bagi Indonesia dalam menghadapi hadirnya era Industri 4.0.

“Indonesia juga sudah menyiapkan 5 sektor manufaktur percontohan, yaitu makanan dan minuman, otomotif, elektronik, kimia, dan tekstil. Dengan menerapkan Industri 4.0, Indonesia bisa menembus Top 10 ekonomi dunia pada 2030,” ujarnya di sela-sela acara Making Indonesia 4.0 VS Super Smart Society 5.0, Kamis (11/7/2019).

Untuk itu, lanjutnya, sumber daya manusia yang terampil menjadi kunci utama dalam mendongkrak kemampuan industri, selain melalui investasi dan teknologi.

“Dalam hal ini Indonesia memiliki modal besar dari ketersediaan SDM produktif karena akan memasuki masa bonus demografi hingga 2030. Industri pun perlu didorong untuk memanfaatkan kemajuan teknologi terkini agar dapat memacu produktivitas dan inovasi.”

Sementara itu, pada 21 Januari 2019, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memperkenalkan konsep Super Smart Society 5.0.

Konsep tersebut merupakan peta jalan yang lebih humanis dan mencakup tataran masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Sebagai catatan, konsep itu didahului dengan era berburu (1.0), pertanian (2.0), industri (3.0), dan teknologi informasi (4.0).

Dalam sebuah pertemuan di Jerman pada Maret 2019, Abe memaparkan visinya itu kepada dunia. Melalui Super Smart Society 5.0, kecerdasan buatan yang memperhatikan sisi kemanusiaan akan mentransformasi jutaan data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan.

Diharapkan, hal itu akan menjadi sebuah kearifan baru dalam tatanan kemasyarakatan. Dalam konsep Super Smart Society 5.0 juga ditekankan perlunya keseimbangan pencapaian ekonomi dengan penyelesaian program sosial.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Presiden Jusuf Kalla menjelaskan konsep Super Smart Society 5.0 belum tentu cocok jika diperbandingkan dengan konsep Making Indonesia 4.0.

"Kalau semua yang bekerja robot, lalu siapa yang berpendapatan? Siapa orang yang bekerja? Kalau tidak ada orang yang bekerja, maka tidak ada penghasilan. Kalau tidak ada yang berpenghasilan, siapa yang beli barang? Kalau tidak ada yang beli barang ekonomi hancur. Jadi, teknologi tidak akan menggantikan manusia, tetapi memakmurkan manusia," tegasnya.


Posting Komentar

0 Komentar