Ilmu Sosial Harus Berkolaborasi dengan Sains di Era 4.0

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno. Foto/Dok. UMM.
Malang: Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno menjadi pembicara di acara Konvensi Nasional Ilmu-ilmu Sosial. Konvensi ini digelar Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu dan Kamis, 7-8 Agustus 2019.

Dalam paparannya, Pratikno menyebutkan bahwa dunia saat ini sudah banyak berubah dan terdisrupsi. Bahkan kondisi tersebut diakuinya juga sering diungkapkan langsung oleh Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan.

"Oleh karena itu kita sebagai bangsa harus sigap menanggapi perubahan yang sangat cepat ini. Intinya ilmu sosial harus merespons tantangan dan peluang yang ada saat ini, yaitu distrupsi yang dipicu revolusi industri 4.0," kata Pratikno di UMM Malang, Kamis, 8 Agustus 2019.

Mantan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menyebutkan, ilmu sosial di Indonesia perlu dikembangkan lagi ke depannya. Selain itu juga sumber daya manusia dan lembaga pendidikannya.

“Untuk mengetahui masyarakat, keinginan masyarakat, kita perlu memiliki ilmu sosial. Produk yang bagus tidak akan sampai pada masyarakat tanpa adanya ilmu sosial. Sehingga boleh dikatakan bahwa ilmu sosial adalah pemimpin ilmu,” tuturnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, ilmu sosial tidak lagi ilmu yang berdiri sendiri. Dengan pengalamannya, analogi pohon ilmu yang selama ini dikenalkan sudah tidak dapat dipakai lagi. Sebab, ilmu dalam konteks revolusi industri 4.0 bertransformasi menjadi pohon belantara, ilmu pengetahuan tidak ada lagi yang monodisiplin.

“Sudah saatnya perguruan tinggi menggunakan pendekatan interdisiplin, di mana pemecahan suatu masalah, juga harus dengan menggunakan sudut pandang ilmu yang lainnya. Misalnya seorang direktur rumah sakit sarjana yang ia tempuh kedokteran, tapi magisternya bisa saja mengambil disiplin ilmu manajemen,” jelasnya.

Pratikno lantas memberikan contoh pada perusahaan teknologi Gojek. Nadiem Makarim, yang merupakan orang ilmu sosial membangun bisnis dengan misi sosial.

Ia mengidentifikasi masalah yang ada pada masyarakat saat ini. Akhirnya ia memberikan solusi dengan memanfaatkan big data dengan pendekatan data science. Lewat pendekatan ini, ilmu sosial dapat diolah dengan teknologi dan menjadi sesuatu yang bernilai.

“llmu sosial adalah di mana sebuah masalah bisa diidentifikasi, dan solusi dapat ditemukan. Terlebih, di Indonesia saat ini memasuki era Revolusi Industri 4.0 segala solusi bisa juga diselesaikan dengan teknologi,” tuturnya.

Berangkat dari hal tersebut, Pratikno lantas menuturkan bahwa SDM yang unggul dan dapat berkembang apabila memiliki karakter ilmuwan sosial masa kini. Di antara karakter unggul ilmuan sosial itu adalah berwawasan luas, melihat segala hal dengan perspektif yang berbeda, fleksibel dan responsif, serta cakap berargumentasi.

“Pembangunan Sumber Daya Manusia ke depan harus dilandasi jiwa pejuang, determinasi tinggi untuk maju dan belajar berdasarkan empati dan sociability. Agar generasi masa depan Indonesia dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkemajuan serta mampu menghadapi segala tantangan,” tutupnya.


Sumber : https://www.medcom.id

Posting Komentar

0 Komentar